Penyebab Kucing Flu dan Cara Mengobatinya

Penyebab Kucing Flu dan Cara Mengobatinya



Penyebab Kucing Flu dan Cara Mengobatinya

“Dok, kucing saya flu udah lama banget, udah ke dokter beberapa kali, setiap obatnya habis flu nya kambuh lagi, gimana ya dok?”

“Dok, kucing saya sering bersin-bersin, flu kayaknya, terus panas badannya gak mau makan, obatnya apa ya dok?”

“Dok, kalo kucing flu, harus gimana ya, padahal saya udah kasih vitamin, obat flu khusus kucing, tapi tetep gak sembuh juga”

Pertanyaan di atas adalah tiga dari ratusan pertanyaan yang paling sering masuk ke berbagai channel tanyadokterhewan (facebook, website, instagram, line@).

Penyebab Kucing Flu dan Cara Mengobatinya
Penyebab Kucing Flu dan Cara Mengobatinya

Terkadang, pemilik hewan melakukan diagnosa atau menarik kesimpulan sendiri tanpa melakukan pemeriksaan di dokter hewan. Biasanya hanya dengan melihat gejala yang menyerupai flu pada manusia, pet lovers seringkali langsung bertanya “dok, kucing saya flu, bagaimana ya”.

Padahal tidak semua gejala mirip flu tersebut adalah flu, tapi beberapa penyakit memiliki gejala yang serupa dengan penyebab yang berbeda. Sehingga, sangat penting dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya, mendapatkan diagnosa yang tepat, serta treatment yang tepat.

Lalu, apakah sebenarnya cat flu (flu kucing)? Apakah kita perlu khawatir jika kucing kita mengalami gejala yang merujuk pada cat flu?

Cat flu atau flu kucing merupakan istilah untuk infeksi saluran pernapasan atas (upper respiratory tract infection / upper respiratory tract disease).

Infeksi saluran pernafasan atas berarti organ yang terinfeksi yaitu hidung, sinus hidung dan pangkal tenggorokan. Namun, tidak hanya itu, biasanya karena berkesinambungan sebagai sistem, maka organ lain seperti mulut, telinga, mata pun menjadi berkaitan dan turut terkena infeksi.

Saluran pernafasan, normalnya memiliki fungsi mengatur pertukaran udara. Pada anjing dan kucing termasuk hewan yang mengandalkan indra penciuman, sehingga saluran pernafasan pun berperan mengirimkan sinyal ke syaraf olfaktoris (syaraf penciuman) yang akan diteruskan ke otak dan diolah sebagai informasi.

Sehingga ketika ada infeksi di saluran pernafasan akan membuat indra penciuman terganggu, yang berakibat pada nafsu makan yang menurun danlebih menyukai makanan dengan aroma yang sangat menyengat.

Selain itu, radang pada saluran pernafasan akan menyebabkan peningkatan mukus atau lendir yang umumnya dikenal dengan ingus, pada kondisi parah akan menyebabkan sesak nafas akibat penumpukan lendir.

 

Gejala lain yang muncul akibat infeksi saluran pernafasan yaitu :

  • Lemah, lesu
  • Mata berair
  • Mata merah,  Radang
  • Membran mata menutupi sebagian mata
  • Dehidrasi (kurang cairan)
  • Tidak mau makan
  • Aktifitas berkurang (hanya ingin berdiam diri )
  • Luka pada gigi, bibir
  • Mulut bau
  •  Demam (suhu > 39.5°c)
  • Bersin

Kondisi seperti ini ditemui pada infeksi yang baru (akut), dan pada infeksi yang kronis (lama) biasanya nafsu makan tidak terganggu, tidak ada demam, dan tidak terlalu parah.

Selebihnya biasanya hanya terjadi saat kondisi imun atau daya tahan tubuh sedang menurun dan akan sembuh ketika daya tahan tubuhnya kembali membaik.

Pada kitten atau anak kucing, terjadinya infeksi saluran pernafasan yang akut bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan saluran nafas yang terganggu sehingga pernafasan terhambat, juga mengalami dehidrasi akibat nafsu makan menurun.

 

Jadi apa yang  yang menyebabkan cat flu atau flu pada kucing?

Flu pada kucing disebabkan oleh virus maupun bakteri. Virus yang umum menginfeksi yaitu feline rhinotracheitis, feline calicivirus. Bakteri bisa disebabkan oleh Bordetella bronchiseptica, Chlamidya (Chlamydophila felis). 

Gejala nya sangat khas untuk infeksi calicivirus yaitu adanya luka di mulut (sariawan /stomatitis), air liur berlebihan. Infeksi rhinotracheitis atau feline herpesvirus selain gejala peradangan pada saluran nafas, juga akan terlihat adanya gejala pada mata (infeksi mata, mata merah, selaput mata menutupi 1/3 mata).

Gejala akibat infeksi chlamidya akan memperlihatkan infeksi parah pada mata, membuat mata tertutup, bengkak, dan banyak kotoran. Biasanya terjadi pada kitten atau anak kucing.

Mengobati kucing flu

Pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani infeksi saluran pernafasan atas yaitu,

  • Penggunaan nebulizer dan penguapan untuk meringankan ingus yang ada di hidung dan saluran nafas.
  • Menjemur kucing pada pagi hari selama 5-10 menit pun bisa dilakukan untuk mengurangi adanya ingus dan menjaga tubuh tidak lembab.
  • Pemberian pakan yang memiliki bau menyengat, rasa yang kuat (high palatable food) karena biasanya disertai dengan tidak nafsu makan, hal ini dilakukan untuk tetap mendapatkan asupan makanan.
  • Perlu dilakukan infus jika memang kondisinya cukup parah dan dehidrasi
  • Antibiotik, umumnya infeksi disertai juga dgn infeksi bakteri (ditandai dengan ingus warna hijau) oleh karena itu, antibiotik perlu diberikan. Pemberian antibiotik hanya berdasarkan pemeriksaan dan resep dokter.
  • Obat penurun panas dan pereda nyeri. Biasanya diresepkan oleh dokter melihat kondisinya yang cukup parah disertai demam.
  • Obat yang dapat meluruhkan ingus sehingga ingus tidak terlalu banyak. Membantu untuk melegakan saluran nafas, obat ini akan diberikan dokter jika langkah nebulizer masih menyisakan ingus yang cukup banyak.

Kucing dengan kondisi flu akut mungkin bisa mengalami rawat inap jika diperlukan, tergantung keparahannya. Namun bisa juga setelah proses penguapan dengan nebulizer dibolehkan rawat jalan dengan diberikan resep obat.

Kenapa sudah diobati masih tetap terkena flu ?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, umumnya flu kucing disebabkan oleh virus, terutama feline herpes virus (feline rhinotracheitis). Sifay virus herpes ini setelah menginfeksi akan berada pada ganglion syaraf. Sehingga, kucing yang pernah terinfeksi akan selalu membawa virus dan memungkinkan menularkan virus. Virus akan kembali aktif ketika daya tahan tubuh menurun. Oleh karena itu, ketika sudah diobati, obat sudah habis, kondisi tubuh sedang tidak baik, imunitas menurun, cuaca tidak mendukung. Akan menyebabkan virus aktif kembali. Sehingga sangat penting menjaga kebersihan, menjaga kesehatan, dan kenyamanan kucing. Agar kucing tidak mengalami stress yang berakibat imunitas atau daya tahan tubuh menurun

Apakah bersin selalu flu?

Bersin atau sneezing merupakan salah satu usaha normal tubuh untuk mengeluarkan benda ataupun hal asing yang ada di saluran pernafasan. Bersin, terkadang diidentikkan dengan kondisi flu. Memang salah satu tanda adanya infeksi di saluran pernafasan adalah bersin. Mekanisme tubuh ini dilakukan karena ada ingus yang mengganggu di hidung. namun, ternyata tidak semua bersin berkaitan dengan flu.

Excessive sneezing atau bersin yang berlebihan bisa juga menandakan kucing sensitif dan alergi terhadap sesuatu. Atau mungkin ada sesuatu yang ada di dalam hidung yang membuat tidak nyaman. Tumor dan kanker merupakan salah satu yang bisa juga membuat bersin terus menerus. Polip merupakan salah satu kondisi pada hidung yang ditandai dengan adanya daging tumbuh di dalam hidung, hal ini pun membuat kucing selalu bersin. Tapi biasanya pada kondisi bersin ini tidak disertai dengan demam dan penurunan nafsu makan, tapi mungkin juga ada darah saat bersin.

Bisa juga kemasukan benda asing seperti rumput, debu, ataupun benda lainnya. Ini menyebabkan bersin pada kucing.

Nafsu makan baik, tidak demam, minum masih mau tapi flu? Apakah harus khawatir?

Selama asupan makanan tetap terjaga, tentu kita bisa sedikit bernafas lega. Artinya tidak ada tingkah laku yang berbeda dari kucing kita. Namun, perlu diperhatikan kualitas makanan yang diberikan saat kondisi ini. Bisa kita berikan makanan yang mengandung banyak protein seperti ikan, ayam, daging, ati ayam. Selain baunya yang menyengat, kandungan protein juga baik untuk mempercepat proses persembuhan, meningkatkan regenerasi sel, meningkatkan daya tahan tubuh. Suplemen pun sangat penting diberikan, banyak sekali suplemen yang mengandung vitamin dan mineral yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Konsumsi air minum juga perlu diperhatikan sehingga pada masa ini makan wet food lebih disarankan.

Pencegahan infeksi saluran pernafasan atas 

Vaksinasi salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi ataupun mengurangi keparahan kondisi saat masuknya virus dan bakteri penyebab flu kucing.

Vaksinasi yang diberikan untuk mencegah infeksi feline rhinotracheitis, feline calici virus, dan chlamydia. Vaksin ini telah tersedia dalam satu kesatuan bersama dengan vaksin terhadap feline panleukopenia (feline distemper).

Kucing yang sakit dan memiliki gejala merujuk ke gejala flu perlu diisolasi dari kucing yang sehat. Hal ini dilakukan karena virus sangat mudah menular antar kucing

Kucing usahakan tetap di dalam rumah saat kondisi cuaca kurang menunjang seperti musim hujan. Krn kondisi hujan menyebabkan lembab dan dingin yang juga bisa membuat tidak nyaman, akhirnya kucing stress dan daya tahan tubuhnya menurun.

 

*P.S Jika ada yang ingin ditanyakan/didiskusikan jangan sungkan bertanya melalui komentar di bawah ini ya.
Jangan lupa juga share artikel ini agar informasinya bisa bermanfaat bagi orang lain.

 

Drh Puspasari Respatiningtyas.
https://tanyadokterhewan.com

 

 

Reference :

Susan little. 2013. How to survive the cat with chronic sneezing.

Quimby J, Lappin MR. 2010. Update on feline upper respiratory disease : condition-spesific recomendation. Feline focus

Reed N, Gunn-moore D. 2012. Nasopharyngeal disease in cats : 2. Specific condition and their management. Jfms 14(5) : 317-326

Gould d. 2011.Feline herpesvirus-1 : ocular manifestation, diagnosis and treatment options.jfms 13: 333

 

Penyebab Muntah Cacing Pada Kucing dan Anjing

Penyebab Muntah Cacing Pada Kucing dan Anjing

Penyebab Muntah Cacing Pada Kucing dan Anjing

Muntah cacing merupakan gejala klinis muntah bisa berupa cairan maupun makanan yang disertai dengan cacing dewasa yang menginfeksi anjing dan kucing. Biasanya cacing yang dikeluarkan bersama muntah akan terlihat masih hidup (bergerak) dan dalam kondisi mati. Adanya cacing pada muntah menunjukkan infestasi cacing pada tubuh yang cukup parah.

Cacing yang menginfeksi dan menyebabkan muntah cacing pada anjing dan kucing adalah cacing gelang (roundworm). Cacing gelang berwarna putih dengan panjang berkisar 2-12 cm panjangnya. Spesies yang biasa menginfeksi anjing dan kucing, serta termasuk cacing gelang (roundworm) yaitu Toxocara canis, Toxascaris leonine, Toxocara cati.

Infeksi cacing gelang pada anjing dan kucing bisa terjadi pada berbagai kondisi, berikut kondisi yang menyebabkan muntah cacing pada kucing dan anjing.

#1 Belum pernah diberikan obat cacing

Obat cacing lazimnya diberikan sejak dini pada usia 5 minggu dan diulangi kembali setiap 4 minggu hingga usia 1 tahun. Setelah itu diulang setiap 2-3 bulan sekali untuk pencegahan terhadap infeksi cacing.

#2 Induk hamil dan menyusui yang belum pernah diberikan obat cacing

Saat kawin sebaiknya diberikan obat cacing untuk menghindari adanya infeksi cacing pada induk. Infeksi cacing pada induk bisa menular pada anak karena larva cacing bisa menembus pembuluh darah dan placenta (transplacental) sehingga bisa menginfeksi janin. Larva cacing gelang dapat terbawa di air susu sehingga menginfeksi kitten atau puppy yang menyusui induknya (transmammary).

Penyebab Muntah Cacing Pada Kucing dan Anjing
Penyebab Muntah Cacing Pada Kucing dan Anjing

Cacing gelang, penyebab muntah cacing pada kucing dan anjing

Cacing gelang berkembang ditubuh anjing dan kucing berlangsung sekitar 5 minggu, perkembangan dari telur hingga cacing dewasa. Kucing dan anjing bisa terinfeksi cacing dari lingkungan yang terkontamiansi telur infektif dari cacing. Kebiasaan anjing dan kucing yang menjilati telapak kaki nya menyebabkan masuknya telur infektif ke dalam tubuh. Telur cacing ini bisa berkembang menjadi larva dan akhirnya masuk ke usus halus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Ketika anjing maupun kucing tidak dilakukan pengobatan anticacing maka cacing dewasa akan berkembang dan melakukan reproduksi. hal ini menyebabkan populasi cacing semakin bertambah. Semakin banyak cacing di saluran pencernaan tak jarang cacing ini pun bermigrasi ke organ lain dan terbawa ke saluran pencernaan bagian atas. Akhirnya menyebabkan reflek muntah pada anjing dan kucing. Selain pada muntah, cacing dewasa pun mungkin muncul pada feses ataupun kotoran. Feses maupun kotoran anjing dan kucing yang terinfeksi cacing pun ditemukan telur dari cacing gelang.

Gejala klinis yang muncul ketika anjing dan kucing terinfeksi cacing gelang yaitu:

  1. Terdapat cacing dewasa pada muntah dan feses
  2. Feses cair (diare) berkepanjangan, bisa disertai dengan darah
  3. Berat badan tidak mengalami pertambahan
  4. Perut buncit namun badan kurus dan mengalami malnutrisi karena penyerapan nutrisi yang tidak sempurna
  5. Hewan lesu dan tidak aktif
  6. Rambut dan kulit kusam

Pet owner biasanya memeriksakan anjing maupun kucing nya setelah didapati adanya cacing pada muntah maupun kotoran dan disertai kondisi feses (kotoran yang cair). Tak jarang juga dengan kondisi anjing dan kucing yang telah lesu dan lemah. Dokter akan melakukan pemeriksaan dengan memperbaiki kondisi tubuh jika memang terjadi dehidrasi, melakukan pemeriksaan feses (kotoran). Hasil positif pemeriksaan feses akan memperlihatkan adanya telur cacing yang bentuknya sangat khas. Ketika didapati hasil positif di feses disertai dengan cacing dewasa yang keluar bersama muntah maka dokter akan memberikan terapi anticacing (anthelminthik). Treatment dapat menggunakan anthelminthik yang mengandung praziquantel, pyrantel pamoat, dan febantel. Kombinasi zat aktif ini lazim ada pada obat cacing khusus anjing dan kucing dengan merk dagang Drontal, maupun Petderm.

Cacing gelang, penyebab muntah cacing pada kucing dan anjing
Cacing gelang, penyebab muntah cacing pada kucing dan anjing

Banyak klien yang telah menggunakan obat cacing khusus manusia seperti Combantrin. Namun, penggunaan obat cacing ini kurang tepat untuk anjing dan kucing akibatnya masih ada cacing ditemukan di hewan peliharaannya. Hal ini disebabkan oleh dosis yang tidak tepat dan kandungan bahan aktif dengan kombinasi yang kurang tepat untuk membasmi cacing pada anjing dan kucing. Jadi tetap disarankan memberikan obat cacing dengan rekomendasi dokter hewan dan khusus anjing dan kucing.

Cacing pada anjing dan kucing dapat menular ke manusia melalui telur yang terinfeksi yang mungkin beberada di lingkungan. Telur cacing yang infektif ini akan masuk dan berkembang di tubuh sehingga menyebabkan larva migran (larva yang berkembang di organ dan bermigrasi) .

? sumber : cdc.gov

 Menjaga kebersihan diri (selalu mencuci tangan) dan tidak memakan daging mentah atau sesetengah matang, dan susu yang tidak dipasteurisasi, bisa mencegah penularan.  

*P.S Jika ada yang ingin ditanyakan/didiskusikan jangan sungkan bertanya melalui komentar di bawah ini ya.
Jangan lupa juga share artikel ini agar informasinya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Regards
drh Puspasari Respatiningtyas

 

Ingin tidur bersama hewan peliharaan? Ini 5 hal yang perlu dipertimbangkan

Ingin tidur bersama hewan peliharaan? Ini 5 hal yang perlu dipertimbangkan

Ingin tidur bersama hewan peliharaan? Ini 5 hal yang perlu dipertimbangkan

Menganggap hewan peliharaan sebagai keluarga sangat lah penting dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan hubungan baik antara pet dan ownernya. Terkadang banyak pula yang memang menghabiskan kesehariannya, bahkan tidur bersama dengan hewan peliharaannya. Kebiasaan tersebut tentunya memiliki segi positif dan negatifnya ya.

Berikut 4 hal positif kalau kamu tidur bersama hewan peliharaan :

#1 Bonding yang lebih kuat

Lazimnya hewan peliharaan yang tidur bersana dengan ownernya yaitu anjing dan kucing. Biasanya dengan menghabiskan banyak waktu bersama dan tidur bersama akan memberikan ikatan batin yang kuat antara pet dan ownernya.

#2 Menurunkan resiko animal abuse

Ketika timbul ikatan yang kuat, maka tidak akan ada animal abuse. Hal ini membuat hewan akan merasa senang dan nyaman serta timbul rasa kasih sayang owner pada petnya.

Ingin tidur bersama hewan peliharaan? Ini 5 hal yang perlu dipertimbangkan
Ingin tidur bersama hewan peliharaan? Ini 5 hal yang perlu dipertimbangkan

#3 Owner lebih memperhatikan kesehatan hewan peliharaan

Berinteraksi intensif dengan hewan peliharaan tentu akan membuat owner merasa nyaman ketika hewannya sehat, bebas dari parasit, bersih, wangi,. Sehingga secara tidak langsung, owner akan sering membawa ke dokter hewan untuk melakukan check up maupun melakukan perawatan untuk kebersihan hewan peliharaannya,

#4 Anjing dan kucing dapat menurunkan tingkat stress

Sering berinteraksi dengan anjing dan kucing membuat perasaan bahagia, hal ini ternyata berhubungan dengan penurunan tekanan darah, kondisi rileks pada tubuh, penurunan resiko penyakit jantung, serta menyebabkan kondisi yang tidak stress. Purring atau dengkuran pada kucing pun dapat menenangkan.

 

Hal negatif yang mungkin timbul ketika tidur bersama hewan peliharaan :

#1 Tidur menjadi kurang berkualitas

Hal ini dikarenakan anjing dan kucing termasuk hewan nocturnal (aktif di malam hari). Jadi, terkadang saat waktunya kita tidur, mereka sedang aktif bermain. Sehingga, tidur kita sedikit terganggu dan menjadi kurang berkualitas. Efeknya pada tubuh saat pagi hari yaitu menjadi kurang fit.

#2 Memungkinkan adanya penularan penyakit

Biasanya penyakit yang mudah menular dari anjing maupun kucing adalah penyakit akibat parasit dan jamur. Ringworm merupakan penyakit jamur (dermatofitosis) yang dapat menular ketika terjadi kontak langsung. Selain itu, gigitan caplak, pinjal maupun kutu pun cukup mengganggu dan membuat alergi pada beberapa orang. Sehingga perlu diperhatikan betul kebersihannya.

Bahaya tidur bersama hewan peliharaan
Bahaya tidur bersama hewan peliharaan

Oleh karena itu, menjaga kesehatan dan kebersihan diri kita dan hewan peliharaan kita sangat penting. Hal ini untuk membuat kita nyaman dan terhindar dari rasa cemas akan adanya penularan penyakit dari hewan peliharaan kita.

 

*P.S Jika ada yang ingin ditanyakan/didiskusikan jangan sungkan bertanya melalui komentar di bawah ini ya.
Jangan lupa juga share artikel ini agar informasinya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Regards
drh Puspasari Respatiningtyas

Selaput Lendir Berwarna Kuning Pada Anjing

6 Kondisi Tubuh Anjing dan Kucing yang Wajib di Cek Pemilik Hewan

6 Kondisi Tubuh Anjing dan Kucing yang Wajib di Cek Pemilik Hewan

Memiliki hewan peliharaan seperti anjing dan kucing saat ini tidak hanya menjadi trend. Namun telah menjadi bagian dari hidup, sehingga banyak dari pet owner yang menganggap anjing dan kucing sebagai keluarga. Terkadang saat terjadi perubahan perilaku dan menjadi sakit pet owner menjadi panik dan merasa kebingungan.

Tapi, kondisi hingga menjadi sakit pada anjing maupun kucing menandakan adanya ketidakseimbagan pada tubuh mereka. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Terkadang kucing dan anjing sangat pintar menyembunyikan kondisi sakitnya hingga diketemukan pada kondisi yang benar-benar buruk dan mereka tidak bisa menanggung nya lagi.

Kita sebagai pet owner perlu jeli memang menghadapi kasus seperti ini. Pengetahuan terhadap kondisi tubuh normal anjing dan kucing pun perlu kita ketahui. Hal ini penting untuk memudahkan kita melakukan tindakan dan kapan harus segera ke dokter hewan.

Pemeriksaan kondisi tubuh dapat dilakukan secara sederhana dan mudah di rumah. Berikut 4 kondisi tubuh anjing dan kucing yang wajib di cek Pemilik Hewan

#1 Memeriksa selaput lendir

Selaput lendir atau membran mukosa terdiri dari gusi, bibir,  kelopak mata bagian dalam, bagian putih mata (sclera). Kondisi normal selaput lendir berwarna pink cerah. Hal ini menandakan peredaran darah berjalan dengan baik. Kelainan yang mungkin terjadi pada membran mukosa :

  1. Pucat (kondisi anemis) : warna selaput lendir menjadi tidak pink cerah namun berubah menjadi pucat menuju putih. Hal ini menandakan adanya gangguan pada kondisi darah, biasanya merujuk pada kondisi anemia. Pada kondisi ini cukup berbahaya jika disertai dengan kondisi lemas.
  2. Kebiruan (cyanosis/sianosis) : warna selaput lendir berubah menjadi biru, bahkan biru kehitaman. Hal ini menandakan asupan oksigen yang diangkut oleh darah berkurang. Jaringan mengalami hipoksia (kekurangan oksigen). Hal ini dapat terjadi pada hewan yang mengalami keracunan, maupun adanya gangguan pengangkutan oksigen (sesak nafas). Pada kondisi ini tidak dapat menunggu lama, perlu langsung penanganan dokter.
  3. Kuning (jaundice/ikterus) : warna selaput lendir kuning. Kondisi ini menandakan adanya gangguan di fungsi hati. Biasanya ditandai dengan gejala lainnya seperti muntah. Penyebabnya bisa dikarenakan infeksi virus seperti Feline Infectious Peritonitis (FIP).
  4. Merah (pendarahan) : warna selaput lendir berubah menjadi merah seperti ada berkuan darah. Hal ini biasanya terjadi saat adanya benturan pada benda tumpul.
Selaput Lendir Berwarna Kuning Pada Anjing
Selaput Lendir Berwarna Kuning Pada Anjing

#2 Memeriksa Kulit Hewan

Kulit merupakan pelindung terluar dari tubuh. Kulit memiliki elastisitas yang menandakan tubuh terhidrasi dengan baik atau tidak. Kulit dapat mengalami kondisi yang buruk dan tidak elastis saat mengalami dehidrasi. Cara melakukan pemeriksaan kondisi kulit dengan mencubit kulit (tidak perlu khawatir kesakitan), jika saat dicubit cepat kembali ke kondisi semula maka kondisi kulit baik, namun jika tidak artinya hewan mengalami dehidrasi. Kondisi kulit yang lain diperhatikan pula ada memar, kebiruan, lepuh, scally (bersisik), dan kering.

#3 Memeriksa Suhu Hewan

Suhu atau temperatur merupakan salah satu parameter yang penting diketahui. Peningkatan suhu tubuh atau demam merupakan salah satu ciri adanya infeksi akut pada hewan. Peningkatan suhu tubuh juga dapat terjadi pada kondisi yang sangat panas. Atau mungkin terjadi pula hipotermia atau penurunan suhu tubuh pada kasus tertentu.  Suhu normal anjing dan kucing ada pada kisaran 37.5oC-39.5oC. Pengukuran dilakukan menggunakan termometer digital maupun termometer raksa.Termometer digital dengan ujung fleksibel lebih disarankan karena mudah penggunaannya dan nyaman.

Cara penggunaan termometer:

  1. Bersihkan termometer menggunakan tisu sebelum digunakan
  2. Handle kucing dengan memeluknya
  3. Termometer dimasukkan ke anus, usahakan termometer tidak ditengah tapi di dinding anus
  4. Tunggu hingga ada bunyi bip, lalu perhatikan angka yang tertera

 

#5 Memeriksa Frekuensi Nadi Hewan

Pengukuran frekuensi nadi bisa dilakukan dengan menekan pembuluh darah yang berada di kaki depan bagian bawah dan di daerah paha bagian dalam. Pengukuran dilakukan selama 15 detik, hasil perhitungan dikalikan dengan 4 sehingga mendapatkan frekuensi nadi/menit. Normalnya frekuensi nadi pada anjing kucing ada pada kisaran 60-120 kali/menit. Semakin besar anjing akan semakin kecil frekuensi nadinya.

Memeriksa Frekuensi Nadi Hewan
Memeriksa Frekuensi Nadi Hewan

 

#6 Memeriksa Frekuensi napas Hewan

Pengukuran frekuensi napas akan valid ketika hewan kondisi istirahat. Tidak setelah melakukan exercise seperti berlari dan aktifitas lainnya. Pengukuran dapat dilakukan dengan melihat daerah perut. Pada daerah perut terdapat bagian yang melekuk dibelakang tulang rusuk. Pada daerah ini sangat jelas terlihat kembang kempisnya perut. Satu kali napas dihitung satu kali kembang kempis. Perhitungan dilakukan selama 60 detik atau 1 menit karena frekuensi nafas biasanya lambat. Normalnya pada najing dan kucing berkisar 20-30 kali/menit. Semakin kecil maka frekuensi napasnya semakin besar angkanya.

Cukup mudah kan, melakukan pengecekan kondisi untuk anjing dan kucing. Jangan lupa selalu beritahukan dokter hewan terkait kondisi pada anjing dan kucing. Hal ini akan sangat membantu dokter menentukan arah diagnosa.

*P.S Jika merasa artikel ini bermanfaat, mohon di share di Facebook ya supaya lebih banyak orang yang bisa baca 🙂

Regards
drh Puspasari Respatiningtyas

 

Hewan Mengalami Sesak Napas

Wajib ke Dokter Hewan Kalau Kamu Ketemu 12 Kondisi ini Pada Hewan Kesayangan

Wajib ke Dokter Hewan Kalau Kamu Ketemu 12 Kondisi ini Pada Hewan Kesayangan

Dokter hewan memang profesi yang terbilang cukup kurang mendapat perhatian di Indonesia. Terutama untuk hewan peliharaan dibandingkan hewan produksi karena kaitannya dengan ekonomi.

Tapi, kalau masalah kesehatan anjing, kucing, dan hewan peliharaan lainnya masih banyak owner yang hanya ingin tanya kiri kanan dan tidak mau membawa ke dokter hewan. Sampai akhirnya sangat parah baru dibawa ke dokter deh, eh hewannya udah tidak bisa diselamatkan dan nyalahin dokter nya. #curhat 

Tapi, Visit ke dokter hewan merupakan salah satu hal yang tidak boleh terlewatkan untuk para pet owner ya. Walaupun visit ke dokter ini memang membuat stress owner dan pet nya, ownernya stress karena memikirkan biayanya, sedangkan pet nya stress karena memang tidak terbiasa bertemu dokter hewan.

Wajib ke Dokter Hewan Kalau Kamu Ketemu 12 Kondisi ini Pada Hewan Kesayangan
Wajib ke Dokter Hewan Kalau Kamu Ketemu 12 Kondisi ini Pada Hewan Kesayangan

Nah, ini 12 tips buat temen-temen yang bingung kapan aja kira-kira harus ke dokter hewan supaya ga telat kalo hewannya kenapa-kenapa ya!

 

#1 Pertama kali adopsi atau memiliki hewan peliharaan

Memiliki hewan peliharaan bisa berasal dari mana saja, bisa dari adopsi kucing liar, adopsi dari shelter, membeli, maupun adopsi dari kerabat. Sebaiknya, pada waktu-waktu ini penting dilakukan kunjungan ke dokter hewan terutama untuk pet owner pemula. Saat kunjungan, tentu akan diketahui data awal hewan peliharaan seperti berat badan, suhu, umur, dan kondisi tubuh keseluruhan. Dokter biasanya akan memberikan advice seputar kesehatan hewan, kondisinya secara umum, vaksinasi, dan juga pemberian obat cacing maupun obat antiparasit. Tentunya tujuannya untuk menjaga kesehatan pet kita sehingga kita sebagai owner juga nyaman dan aman. Usia yang tepat untuk puppy maupun kitten pertama kali ke dokter hewan yaitu pada usia 8 minggu atau 2 bulan.

#2 Hewan peliharaan kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan

Biasanya gejala ini muncul ketika terdapat serangan penyakit, owner baru menyadari ketika beberapa hari nafsu makan hewan peliharaannya menurun. Jika dibiarkan tidak makan, terutama pada kucing lebih dari 2 hari bisa menyebabkan kerusakan hati dna organ lainnya. Organ hati yang rusak biasanya ditandai dengan kondisi kulit berubah menjadi kuning.

Jika diteruskan tentu kondisi ini akan menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan. Kondisi ini sangat berbahaya untuk puppy maupun kitten, karena akan menyebabkan kondisi yang amat fatal. penurunan berat badan pun menandakan fungsi tubuh sangat buruk sehingga perlu penanganan lebih lanjut.

 

#3 Hewan dalam kondisi lemas dan amat lemah

Selain kehilangan nafsu makan, gejala lain yang mengiringi biasanya kondisi tubuh yang lemah. Hal ini diakibatkan kurangnya energi pada sel sehingga sel tidak dapat berfungsi dengan baik. Penanganan dengan terapi cairan mungkin dilakukan untuk menanggulangi kondisi ini, jika tidak dimungkinkan memberikan makanan untuk hewan peliharaan.

#4 Anjing mengalami batuk

Batuk merupakan salah satu respon tubuh untuk menandakan adanya iritasi maupun gangguan pada saluran pernapasan. Kennel cough merupakan salah satu batuk pada anjing yang sangat berbahaya, selain penularannya yang cepat, juga dapat berakibat fatal jika dibiarkan. Selain itu, batuk pada anjing terutama anjing tua bisa diindikasikan adanya penyakit jantung. Hal ini menyebabkan kondisi sesak pada dada yang diperlihatkan dengan respon batuk.

Batuk juga bisa menjadi respon jika anjing maupun kucing tersedak, sehingga perlu dipastikan dengan tepat kondisinya.

#5 Hewan mengalami Demam

Sangat umum sekali owner membawa hewan peliharaanya ke dokter ketika kondisi hewan sedang demam. Demam merupakan repson tubuh atas keberadaan penyakit. Hewan dikatakan demam untuk anjing dan kucing ketika suhu tubuhnya lebih dari 39.5oC. pengukuran suhu ini tentu tidak menggunakan perabaan saja. Namun perlu menggunakan alat beruta thermometer. Thermometer yang digunakan bisa thermometer raksa maupun thermometer digital. Penggunaan thermometer perlu diperhatikan dan sebaiknya diketahui oleh pet owner :

  • Thermometer bisa dibeli di apotik maupun toko alat kesehatan, bisa memilih thermometer digital maupun air raksa. Termometer digital lebih mudah penggunaannya.
  • Cari thermometer dengan tip atau ujung yang fleksibel dan tidak melukai. Hal ini dilakukan untuk menghindari trauma pada anjing maupun kucing.
  • Thermometer sebelum digunakan perlu dibersihkan, bisa menggunakan tisu basah maupun lap.
  • Thermometer dimasukkan ke bagian anus dari anjing maupun kucing.
  • Penggunaan thermometer harus ditempelkan ke sisi anus, bukan ditengah anus.jika mengukur ditengah anus kemungkinan akan terasa panas karena ada kotoran pada anus.
  • Hentikan pengukuran jika telah terdengar bunyi “bip” dari thermometer.

#6 Hewan Mengalami Sesak Napas

Kondisi sesak nafas bisa disebabkan oleh berbagai hal. Kondisi ini sangat berbahaya untuk anjing maupun kucing, ketika sesak nafas menandakan tubuh membutuhkan oksigen lebih banyak namun salura menyempit ataupun terhambat. Oleh karena nya, jika oksigen ke dalam tubuh berkurang dapat menyebabkan kondisi yang fatal. Sesak nafas yang parah bisa menyebabkan kulit kebiruan dan pucat karena kekurangan oksigen, lama-lama bisa menyebabkan kematian.

Hewan Mengalami Sesak Napas
Hewan Mengalami Sesak Napas

#7 Kesulitan urinasi atau susah kencing

Kondisi ini bisa terjadi pada anjing maupun kucing kapan saja, namun lazimnya terjadi pada kucing maupun anjing usia lanjut. Kesulitan urinasi ini bisa disebabkan oleh adanya batu, penyempitan saluran urine, maupun infeksi pada saluran urine. Tanda hewan mengalami kesulitan urinasi yaitu:

  • Mengejan seperti ingin urinasi namun tidak ada urine yang keluar
  • Berkali-kali kembali ke kotak pasir namun tidak ada urine yang keluar
  • Terlihat kesakitan saat urinasi

Urin yang dibiarkan ada di dalam tubuh bisa meracuni organ lainnya, sehingga bisa menimbulkan kondisi lebih parah jka dibarkan.

#8 Hewan mengalami diare berdarah dan muntah

Diare dan muntah merupakan salah satu ciri adanya gangguan pada saluran pencernaan. Kondisi ini merupakan salah satu gejala penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit. Muntah dan diare yang berkepanjangan tentu akan membuat hewan menjadi dehidrasi dan sangat lemah. Jika sudah ada indikasi diare disertai darah maupun muntah yang disertai darah merupakan warning akan keberadaan penyakit yang lebih serius. Diare dan muntah berdarah bisa mengakibatkan anemia yang berakibat fatal.

#9 Hewan Menagalami Kejang

Penyebabnya bisa beragam namun kejang ini merupakan indikasi adanya gangguan pada syaraf dan otot. Keracunan bisa juga menyebabkan kejang, biasanya jika keracunan akan terlihat adanya muntah.

Jangan menunda membawa ke dokter hewan jika anjing atau kucing mengalami kejang.

 

#10 Hewan Mengalami Mata merah

Jangan abaikan kondisi mata merah dan tidak membawa pada dokter hewan. Kondisi mata merah menandakan adanya iritasi, penanganan yang sembarangan akan menyebabkan iritasi menjadi lebih parah. Bahkan jika menggunakan obat sembrono dapat menyebabkan kebutaan. Selain iritasi, mata merah yang menonjol juga bisa berbahaya jika dibiarkan, lama kelamaan bisa mengalami infeksi.

#11 Anjing tiba-tiba berguling dan terlihat kesakitan

Biasanya kondisi ini dihubungkan dengan kembung pada anjing. kembung atau bloat pada anjing terutama ras besar memiliki kecenderungan menyebabkan GDV (gastric volvulusdilatation) atau perputaran dari lambung. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit yang teramat sangat dan menyebabkan kematian.

#12 Kucing atau anjing yang sulit melahirkan

Tidak perlu menunggu waktu lama untuk proses melahirkan yang normal. jarak kelahiran puppy maupun kitten biasanya tidak lebih dari 1 jam. Ketika induk terlihat masih mengejan namun tidak ada bayi yang keluar, maka perlu dibawa ke dokter. Hal ini untuk menghindari kondisi induk yang kelelahan dan bayi yang kehabisan oksigen.

Pentingnya memperhatikan kondisi hewan peliharaan secara seksama merupakan tanggung jawab keluarga. Deteksi dini terhadap perubahan yang terjadi bisa mengurangi resiko adanya kondisi fatal pada hewan peliharaan. So, keep in touch with your pet.

 

*P.S Jika merasa artikel ini bermanfaat, mohon di share di Facebook ya supaya lebih banyak orang yang bisa baca 🙂

Regards
drh Puspasari Respatiningtyas