Kenapa hewan qurban yang sakit tidak boleh dipotong? 

Melaksanakan qurban saat hari raya idul adha merupakan momen spesial bagi muslim di seluruh dunia. Tentu hari spesial ini perlu diisi dengan sesuatu yang baik dan memberikan yang terbaik. Termasuk niat untuk berqurban dan memilih hewan qurban, harus baik dan mantap supaya qurban berkah dan bermanfaat bagi yang berqurban maupun penerima qurban.

Tips untuk memilih hewan qurban bisa cek disini ya : 5 tips memilih hewan qurban 

Nah, salah satu syaratnya adalah hewan qurban harus sehat. Status sehat ini penting sekali untuk hewan qurban karena nanti nya daging yang akan dibagikan dikonsumsi oleh orang banyak. Sehingga daging harus sesuai dengan prinsip ASUH yaitu aman, sehat, utuh dan halal.

Aman, Daging hewan qurban yang aman maksudnya terhindar dari cemaran kimia, fisik, maupun biologis. Misalnya daging terbebas dari zat kimia berbahaya, obat-obatan, ada benda berbahaya (pecahan kaca, batu), cemaran biologis seperti bakteri penyebab keracunan.

Sehat, daging berasal dari hewan yang sehat tidak membahayakan dan menyebabkan kerugian secara ekonomi maupun kesehatan bagi  penerima hewan qurban.

Utuh pada daging maksudnya tidak ditambahkan atau dicampur apapun pada daging.

Halal, proses penyembelihan sesuai dengan syariat islam sehingga daging bisa dikonsumsi dgn baik.

Untuk mencapai aspek daging yang ASUH perlu dipastikan hewan qurban yang disembelih sehat, tidak dalam keadaan sakit.

Kenapa?

Hewan yang memperlihatkan gejala sakit perlu diwaspadai, dikhawatirkan agen penyebab penyakitnya bisa menular ke manusia (zoonosis). Sehingga individu yang mengonsumsi daging tersebut akan terinfeksi, lingkungan akan tercemar. Beberapa penyakit pun berakibat fatal jika dikonsumsi oleh manusia.

Berikut adalah beberapa penyakit yang bisa berasal dari hewan qurban yang sakit :

1. Anthrax

Anthrax merupakan penyakit zoonotik bakterial (menular ke manusia dan diakibatkan oleh bakteri). Bakteri yang menyebabkan penyakit ini yaitu Bacillus anthracis. Anthrax terjadi secara cepat (akut) pada hewan ruminansia (sapi, kambing, domba, kerbau), hewan yang terinfeksi bakteri ini akan memperlihatkan kondisi lemah, demam, tidak nafsu makan, adanya darah yang keluar dari lubang hidung, telinga, dan kemaluan.  Lama kelamaan hewan akan lemas dan akhirnya mati.

Biasanya karena takut rugi dan tidak sabar menunggu, hewan langsung dipotong padahal kondisinya sakit dan terinfeksi. Bahayanya jika hewan disembelih yaitu terjadi kontaminasi bakteri di lingkungan yang bisa menulari manusia dan hewan lainnya.

Penularan terjadi jika manusia terutama individu yang memiliki luka terbuka terkena darah maupun cairan dari hewan terinfeksi, akhirnya bakteri masuk ke dalam tubuh.  Bisa juga menular jika konsumsi daging terinfeksi dan masuk nya bakteri melalui hidung (secara inhalasi). Pada manusia gejala klinisnya demam tinggi, pegal, tidak nafsu makan, terdapat bisul hitam (cenang hideung), kondisi yang parah bisa juga menyebabkan kematian.

2. ORF (lepuh di kulit sekitar mulut)

Penyakit orf merupakan salah satu penyakit yang juga sifatnya menular ke manusia, penyebabnya dikarenakan infeksi virus. Penyakit orf bisa dilihat dari kulit yang mengalami lepuh disekitar mulut.

Penyakit orf bisa menular antara kambing maupun domba. Penyakit ini pada kambing dan domba bisa terjadi karena daya tahan tubuh menurun akibat transportasi jadi rentan terpapar penyakit, maupun memang sebelumnya sudah terinfeksi sebelum dilakukan pengiriman.

Orf pada kambing dan domba ternyata bisa menular ke manusia, pada individu dengan daya tahan tubuh yang kurang baik bisa tertular virus ini. Infeksi pada manusia akan terlihat adanya luka, lepuh di kulit yang kontak dengan kambing atau domba yang terinfeksi.  Sehingga, proses pemotongan hewan maupun daging perlu berhati-hati dan sebaiknya hanya dilakukan pada hewan yang sehat saja.

Saat ini, dinas peternakan bekerja sama dengan Fakultas kedokteran hewan pada beberapa daerah di Indonesia sudah melakukan pemeriksaan hewan qurban sebelum dan saat Hari Raya Idul Adha untuk memastikan kondisi hewan qurban yang dipotong sehat dan sesuai sehingga daging yang dibagikan aman untuk masyarakat.

 

6 Penyebab Anemia pada Anjing dan Kucing

6 Penyebab Anemia pada Anjing dan Kucing

Anemia atau sering dikenal dengan kurang darah, tentu istilah ini sudah tidak asing ya bagi kita. Ternyata, sama juga seperti manusia, anjing dan kucing juga bisa mengalami anemia.

Kondisi mukosa atau selaput lendir yang pucat merupakan salah satu gejala anemia, bisa dlihat dari gusi, kelopak mata bagian dalam, ujung hidung, telapak kaki yang berwarna pucat, Namun, pada anjing dan kucing dengan hidung maupun telapak kaki yang berwarna hitam akan sulit untuk dilihat, bisa di cek dari bagian dalam mulut dan gusi.

Selain pucat, ciri lainnya adalah kucing dan anjing lemas, karena kurangnya nutrisi dan oksigen yang diangkut ke organ dan jaringan pada kondisi anemia.

Anemia bisa terjadi pada beberapa penyakit, terutama kalau berkaitan dengan metabolisme dan gangguan keseluruhan sistem tubuh. Jadi anemia bukan penyakit, namun gejala dari beberapa penyakit.

Terdapat 2 jenis anemia, yaitu :

1. Anemia regeneratif, yaitu ketika anjing atau kucing kehilangan banyak darah.

Anemia jenis ini merupakan kondisi kurangnya darah karena hilangnya banyak darah dari dalam tubuh penyebabnya bisa karena kecelakaan, pendarahan, parasit darah, dan lain sebagainya.

Penanganan pada anemia jenis ini diperlukan obat-obatan yang mengandung koagulan atau zat pembeku untuk menghentikan pendarahan. terapi suporrtive seperti terapi cairan bisa juga dilakukan, terutama jika ada indikasi dehidrasi (kekurangan cairan).

Transfusi darah juga bisa dilakukan untuk menangani anemia jenis ini, tentu hanya bisa dilakukan oleh dokter karena perlu diperhatikan jangan sampai ada reaksi silang akibat donor darah yang tidak cocok.

2. Anemia non-regeneratif, saat sumsum tulang belakang hanya menghasilkan sel darah merah yang sedikit.

Anemia non regeneratif disebabkan oleh kelainan di sum-sum tulang yang menghasilkan sel darah merah, sehingga menyebabkan kurangnya produksi sel darah merah. Anemia jenis ini perlu dilakukan penanganan yang lebih serius dan dalam waktu yang lama.

Anemia pada anjing dan kucing bisa terjadi karena berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah dan produksi darah merah. Berikut adalah 6 Penyebab Anemia pada Anjing dan Kucing :

1. Parasit

Keberadaan parasit di dalam tubuh (endoparasit (cacing, protozoa,parasit darah))maupun parasit luar tubuh (ektoparasit (kutu, pinjal, caplak)) bisa juga menyebabkan kondisi anemia pada anjing dan kucing.  Biasanya anemia bisa terjadi karena infestasi parasit yang berlebihan dalam tubuh.

Parasit internal seperti cacing yang menyerang saluran cerna bisa menyebabkan pendarahan di dalam tubuh. Jika infeksi nya berlebihan akan menyebabkan jumlah sel darah merah yang mengalami penurunan juga disertai dengan penurunan zat besi yang sangat penting untuk pembentukan darah. Beberapa jenis cacing yang bisa menyebabkan pendarahan diantaranya cacing tambang (hookworm), cacing cambuk (whipworm).

Parasit lainnya di dalam tubuh tapi senang berada di dalam sel darah ataupun diantara sel darah merah  sehingga disebut parasit darah yaitu Ehrlicia dan Babesia. Parasit darah ini bisa berada di dalam tubuh anjing dan kucing dikarenakan adanya perantara yang membawa parasit ini yaitu Caplak (tick).

Parasit lain di luar tubuh bisa juga menyebabkan anemia namun jika infeksi nya berlebihan dan parah. Pinjal (flea) atau kutu loncat merupakan salah satu parasit yang bisa menginfeksi anjing dan kucing pada jumlah yang cukup banyak.

Gusi Anemis(pucat) pada Anak anjing 12 minggu akibat infestasi cacing tambang yang parah (Sumber : Buku Clinical medicine of the dog and cat)

2. Kecelakaan

Kondisi kecelakaan yang menyebabkan pendarahan parah maupun pendarahan di dalam tubuh (internal bleeding) bisa juga menyebabkan anemia akut. Kemungkinan lainnya bisa juga menyebabkan anemia jika kecelakaan mengakibatkan kerusakan atau gangguan di tulang belakang sehingga terjadi gangguan pembentukan sel darah merah.

3. Infeksi

Infeksi virus maupun bakteri juga bisa menyebabkan anemia pada anjing dan kucing. Bakteri yang bisa menyebabkan anemia diantaranya yaitu Mycoplasma dan haemobartonella. Infeksi virus yang menyebabkan anemia pada kucing yaitu FeLV (Feline Leukimia virus) dan FIV (Feline Immunodeficency virus).

4. Gangguan sistem kekebalan

Daya tahan tubuh atau imunitas termasuk dalam sistem kekebalan tubuh, pada kondisi normal tentu fungsi imunitas akan sangat baik melindungi tubuh dari agen penyakit maupun zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Namun, ada kondisi tertentu yang menyebabkan sistem kekebalan bekerja terlalu aktif sehingga menyebabkan gangguan pada sistem tubuh. Salah satunya adalah anemia hemolisis yang dikenal dengan IMHA  (Immune mediated hemolytic anemia) dan AIHA (Autoimmune hemolytic anemia), pada kasus ini sistem imun menyebabkan perubahan pada sel darah merah sehingga bentuk sel darah merah yang seharusnya bulat cekung berubah menjadi tidak sempurna (rusak). Bentuk sel darah merah yang tidak normal bisa menyebabkan jumlah sel darah merah menurun serta oksigen ke sel dan jaringan pun berkurang.

5. Gangguan fungsi organ

Organ yang berfungsi baik di dalam tubuh anjing dan kucing yang sehat akan berintegrasi satu sama lain. Namun, ketika ada salah satu organ yang mengalami gangguan akan menimbulkan efek ke sistem lainnya. Salah satunya adalah gangguan ginjal kronis yang menyebabkan ginjal mengalami kerusakan, fungsinya sudah tidak baik lagi bisa memberikan efek ke pembentukan darah merah. Ginjal yang mengalami gangguan akan mengurangi produksi eritropoietin sehingga mengganggu proses pembentukan sel darah merah.

Ketidakseimbangan hormon, gangguan hati, juga kelainan di sumsum tulang belakang serta infeksi kronis (infeksi dalam waktu yang lama) bisa juga menyebabkan anemia pada anjing dan kucing.

6. Konsumsi obat

Beberapa obat jika dikonsumsi terus menerus bisa menyebabkan efek yang signifikan terhadap produksi sel darah merah. Selain obat, racun juga bisa menyebabkan kerusakan darah sehingga menyebabkan anemia. Oleh karena itu sebaiknya bijak dalam memberikan obat pada anjing dan kucing serta konsultasikan terlebih dahulu ke dokter hewan untuk mendapatkan dosis yang tepat.

anemia pada kucing (sumber : vcahospitals.com)

 

Tanda – tanda anemia pada anjing dan kucing 

Terjadinya kondisi anemia dapat dilihat dari;

  • Selaput lendir yang berwarna pucat
  • Raut wajah yang tidak segar
  • Lemas dan depresi
  • Tidak nafsu makan
  • Ada darah yang banyak di anus (bisa bercampur feses/pup/kotoran bisa tidak)
  • Pendarahan hebat disertai luka terbuka

Gejala lain yang menyertai anemia, tergantung dari penyakit atau gangguan yang menyebabkan anemia. Jika berasal dari virus atau bakteri yang menyerang sistem organ, biasanya disertai muntah atau diare hebat. Apabila berasal dari trauma, terlihat kepincangan atau memar atau luka terbuka pada tubuh anjing dan kucing.

Jika anjing dan kucing memperlihatkan gejala kekurangan cairan dan lemas serta pucat sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter akan melakukan terapi untuk mengurangi dehidrasi serta dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kondisi darah anjing dan kucing.

Apakah anemia berbahaya?

Berbahaya atau tidak, tergantung dari pemicu dari anemia tersebut. Misalnya terjadi kegagalan beberapa fungsi organ diwaktu bersamaan atau kecelakaan yang membuat perdarahan hebat pada anjijg atau kucing, maka kondisi anemia sangat membahayakan.

Pada anak anjing dan kucing, masalah kutu dan caplak bisa menimbulkan kondisi anemia yang berakibat fatal. Infestasi berlebihan membuat darah diserap sangat banyak tetapi produksi sel darah merah terbatas karena hewan masih muda. Dalam kasus ini manajemen parasit yang baik sangat diperlukan.

Bagaimana mencegah anemia pada anjing dan kucing? 

Pencegahan merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari anjing dan kucing mengalami anemia.

 

Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan yaitu :

1. Melakukan cek rutin ke dokter hewan minimal 6 bulan sekali, terutama untuk beberapa ras anjing  yang memiliki kecenderungan kelainan pada darah diantaranya airdale terrier, bichon frise, collie, cocker spaniel, english springer spaniel, labrador, shetland sheepdog.

2. Memberikan obat cacing dan antiektoparasit rutin atau sesuai saran dokter hewan

3. Perhatikan adanya caplak (tick) karena bisa membawa parasit darah , jadi perlu dilakukan pengendalian.

4. Berikan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan, sesekali memberikan makanan buatan rumah seperti ati ayam maupun ikan dan daging sangat baik untuk anjing dan kucing (namun, tetap perhatikan reaksi pasca pemberiannya).

5. Pastikan konsultasi dengan dokter hewan sebelum memberikan obat.

Menjaga kesehatan anjing dan kucing memang tidak mudah, anjing dan kucing sama seperti manusia bisa sakit dan mengalami gangguan. Sehingga perhatian pemilik diperlukan untuk membuat anjng dan kucing nyaman serta diskusi dengan dokter hewan diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup anjing dan kucing terutama pencegahan terhadap kondisi yang menyebabkan anemia serta penyakit metabolik yang serius.

 

Referensi :

Schaer M, Gaschen F.2016. Clinical medicine of the dog and cat 3rd edition.CRC press

Bell JS, Cavanagh KE, Tilley LP, Smith FWK.2012. Veterinary medical guide to dog and cat breeds. Teton Newmedia

Nelson RW, Couto CG.2014. Small animal internal medicine 5th edition. Elsevier

 

5 Penyebab Alergi Pada Anjing dan Kucing serta Cara Menanggulanginya

5 Penyebab Alergi Pada Anjing dan Kucing serta Cara Menanggulanginya

Alergi? Buat kita, istilah alergi tentu sudah tidak asing lagi ya, pasti sering sekali mendengar kalau ada orang yang alergi udang, alergi dingin, alergi debu dan lain sebagainya. Lalu, apa sebenarnya alergi? Apakah hanya manusia saja yang bisa mengalami alergi? Anjing dan kucing apa bisa juga mengalami alergi?

Ternyata, alergi merupakan salah satu reaksi tubuh (sistem kekebalan tubuh/immune system) yang sangat sensitif (hipersensitifitas)  dalam merespon zat yang masuk ke dalam tubuh dari luar.  Jadi, setiap individu bisa memberikan respon berbeda begitu juga dengan anjing dan kucing.

Selain manusia, hewan lain seperti anjing dan kucing pun bisa mengalami alergi karena secara umum sistem kekebalan tubuhnya sama, jadi bisa juga merespon jika ada benda asing (belum dikenali sebelumnya) masuk ke dalam tubuh.

Apa saja yang menyebabkan alergi pada anjing dan kucing ?

Sama seperti manusia penyebab alergi bisa berasal dari lingkungan ataupun secara genetik memiliki daya tahan tubuh yang sangat sensitif terhadap keberadaan zat tertentu sehingga menimbulkan respon yang berlebihan.

Alergi pada anjing dan kucing bisa disebabkan oleh berbagai hal, berikut 5 Penyebab Alergi Pada Anjing dan Kucing :

1. Tungau rumah

Tungau rumah (dust mite) dan juga kutu busuk merupakan salah satu yang bisa menyebabkan alergi. Gigitannya pada kulit tidak hanya mengganggu manusia, tapi juga bisa menyebabkan gatal pada anjing dan kucing. Biasanya tungau dan kutu ini berada di karpet, sofa, tempat tidur, furnitur lain,  tempat tidur anjing dan kucing serta alas kandang.

2. Pinjal

Pinjal atau kutu loncat pada anjing dan kucing bisa juga menyebabkan alergi pada anjing dan kucing. Pada anjing dan kucing bisa timbul reaksi gatal yang berlebihan disertai dengan menjilati dan menggigit bagian yang digigit oleh pinjal atau kutu loncat. Kondisi yang parah bisa menyebabkan Flea allergy dermatitis (reaksi allergy yang menyebabkan peradangan kulit akibat gigitan pinjal).

Alergi pada kulit akibat gigitan pinjal (sumber : Hill’s atlas 2004)

3. Makanan

Alergi makanan berarti sistem kekebalan bereaksi terhadap kandungan pada makanan, cemilan, bahkan obat-obatan yang dikonsumsi. Menentukan jenis atau kandungan makanan apa yang menjadi pemicu membutuhkan waktu yang lama menggunakan uji laboratorium metode eliminasi makanan selama beberapa minggu.

Alergi pada makanan (food allergy) pada anjing dan kucing merupakan kondisi yang cukup sering terjadi. Biasanya akan terlihat ketika pemilik melakukan pergantian pakan secara tiba-tiba ataupun memberikan pakan dengan kandungan yang bisa menyebabkan alergi pada kucing maupun anjing.

Beberapa kandungan makanan yang bisa menyebabkan alergi diantaranya sumber protein nabati seperti kedelai, kacang-kacangan, telur, beberapa makanan laut seperti udang, ikan, nasi, gandum juga bisa menyebabkan alergi pada anjing dan kucing. Beberapa kandungan tersebut memang lazim ada di makanan komersial namun jika dikonsumsi oleh anjing dan kucing yang sensitif bisa juga menimbulkan reaksi berbeda.

Kondisi alergi akibat makanan juga bisa terjadi kalau anjing dan kucing diberi makanan yang sebelumnya belum pernah diberikan, sehingga tubuh memberikan reaksi berlebihan terhadap makanan tersebut.

4. Jamur

Jamur memang banyak ditemukan dilingkungan dan juga ada di kulit anjing dan kucing. Jamur yang bisa menyebabkan alergi pada anjing dan kucing bisa juga disebabkan oleh jamur yang ada di makanan (jika makanan dismpan terlalu lama pada tempat yang lembab) ataupun ada di benda-benda yang sudah lapuk.

5. Tanaman

Tidak semua bagian tanaman bisa menyebabkan alergi pada anjing dan kucing, biasanya yang menyebabkan alergi adalah pollen atau serbuk sari dari tanaman. Bentuknya yang kecil bisa terhirup dan masuk ke saluran pernafasan, pada anjing dan kucing yang sensitif bisa menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap tanaman tertentu.

Bagaimana anjing dan kucing yang mengalami alergi?

Gatal dan kemerahan karena alergi pada kulit karena gigitan pinjal (kutu loncat) (Sumber : Nuttall 2009)

Anjing dan kucing yang mengalami alergi bisa memperlihatkan beberapa gejala diantaranya :

1.Gatal terus menerus disertai kemerahan di kulit (bisa saja kulit menjadi bau dan terdapat nanah jika ada infeksi bakteri dari luka akibat gatal)

2. Rambut rontok (kerontokan akibat alergi bisa terlihat meluas dengan kulit mengalami penebalan dan kemerahan karena radang) 

3. Diare (Terutama jika anjing dan kucing sensitif dengan kandungan makanan tertentu)

4. Bersin dan ada lendir dihidung (alergi bisa juga menyebabkan gangguan di saluran nafas sehingga menyebabkan radang (rhinitis)

5. Muka bengkak atau moon face (bisa juga terjadi pada anjing yang alergi terhadap obat-obatan, maupun anjing dengan reaksi alergi yang berlebihan).

6. Infeksi telinga (otitis), bisa terjadi juga pada anjing dan kucing yang mengalami alergi karena gatal maupun produksi serumen (cairan telinga) berlebihan efek dari alergi.

Kucing yang mengalami alergi (sumber : http://dermvets.com/)

 

Apakah ada ras anjing  yang memiliki kecenderungan alergi?

Alergi pada anjing dan kucing bisa juga diakibatkan oleh faktor internal (dalam tubuh) salah satunya menurun secara genetik. Beberapa ras anjing yang cenderung mengalami alergi diantaranya Boxer, Akita, Boston Terrier, Golden retriever, German Shepherd, Cavalier king charles spaniel, Great Dane, Chinese Sharpei, Dalmatian, Pug, Rottweiller.

Beberapa anjing tersebut memperlihatkan gejala alergi di kulit, sehingga kulit mengalami dermatitis atopic (canine atopic dermatitis). Selain gatal dan kemerahan, anjing yang mengalami dermatitis atopic ini memperlihatkan adanya penebalan di beberapa daerah seperti groin (selangkangan), leher, bagian bawah tubuh. Penebalan ini diakibatkan oleh adanya jamur Malasezzia yang juga menginvasi kulit.

Penebalan pada kulit anjing akibat adanya perkembangan jamur di kulit bagian kaki (Sumber: Noli 2014)

Kenapa pada anjing maupun kucing yang alergi memperlihatkan gangguan kulit yang parah?

Kulit merupakan  barrier (penghalang) pertama tubuh dari gangguan terutama gangguan dari luar. Kulit kondisinya akan baik dan terawat jika kondisi tubuh baik, hidrasi nya cukup (cairan tubuh), tidak ada gangguan dari luar yang mengganggu integritas (merusak kulit). Jadi, ketika tubuh kehilangan keseimbangan maupun terdapat gangguan dari sistem daya tahan tubuh (imunitas), kulit akan memperlihatkan reaksi yang jelas.

Kondisi kulit akan lebih parah jika disertai dengan infeksi lanjutan seperti adanya infeksi bakteri dan infeksi jamur.

Selain kulit, apalagi bagian tubuh yang bisa merespon saat alergi?

Mukosa atau selaput lendir bisa juga memperlihatkan respon yang jelas saat alergen masuk ke tubuh.

Misalnya selaput mata, selaput hidung, dan selaput di saluran cerna.

Mukosa atau selaput lendir menghasilkan sekresi kelenjar pada kondisi normal tidak akan menghasilkan sekresi yang berlebih, namun pada kondisi mukosa (selaput lendir) mengalami gangguan akan menyebabkan kelenjar mensekresikan lendir berlebih untuk melindungi tubuh. Jadi akan memperlihatkan hidung yang cenderung berair, mata berair, bersin, serta mempengaruhi juga nafas menjadi sesak (akibat lendir berlebihan dan otot yang menebal di saluran nafas bagian dalam yaitu bronkhus).

Pada mukosa (selaput lendir) saluran cerna terutama usus, bisa juga menyebabkan sekresi lendir berlebih sehingga penyerapan makanan terganggu, keseimbangan suasana usus pun terganggu akibatnya anjing dan kucing mengalami diare.

Bagaimana mengatasi anjing dan kucing yang memperlihatkan gejala alergi ?

Anjing dan kucing yang mengalami alergi salah satunya memperlihatkan kondisi yang parah pada kulit. Pemilik akan tidak betah karena melihat anjing dan kucing yang gatal dan biasanya ada bau yang tidak sedap juga dari tubuhnya. Biasanya pemilik akan segera konsultasi ke dokter hewan untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh sesuai kondisinya. Dokter bisa juga memberikan treatment sesuai dengan gejala yang terlihat untuk mengurangi gatal, bau karena adanya infeksi bakteri, ataupun bisa memberikan saran lainnya seputar kondisi dan gejala yang terlihat.

Jika dokter merujuk pada alergi akibat makanan, bisa juga dokter menyarankan menggunakan terapi food trial (percobaan makanan), terapi ini cukup lama dilakukan karena dokter akan mengidentifikasi kandungan makanan apa yang bisa menyebabkan alergi.

Mengganti makanan kemasan ke makanan kemasan lain dengan merk berbeda, belum tentu dapat mengatasi alergi makanan karena yang menjadi pemicu adalah kandungannya.

Pencegahan yang bisa dilakukan dirumah untuk mengurangi resiko alergi diantaranya :

1. Teratur membersihkan kandang, alas kandang, karpet, maupun tempat bermain anjing dan kucing. Bisa dilakukan pencucian secara teratur maupun membersihkan dengan menggunakan vaccum cleaner dan dijemur. Hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya debu dan tungau di rumah.

2. Jika melakukan pergantian makanan, sebaiknya dilakukan pencampuran terlebih dahulu. Perhatikan juga reaksi terhadap pergantian makanan.

3. Mandikan anjing secara teratur terutama yang berambut panjang 2 minggu sekali untuk mengurangi rambut dan kulit berminyak disertai lembab.

4. Berikan tetes antiektoparasit, bisa juga menggunakan shampoo untuk mengurangi infestasi pinjal yang menyebabkan gatal dan alergi pada kulit.

5. Jika memberikan makanan komersial yang kering pastikan kondisinya baik, tempat makanan tertutup rapat untuk menghindari adanya jamur yang mengkontaminasi makanan.

6. Setelah bermain diluar dan kontak dengan tanaman ataupun hewan lain perhatikan reaksinya apakah gatal, bersin atau tidak.

Anjing dan kucing yang mengalami alergi memang cukup sulit untuk diidentifikasi karena gejalanya mirip dengan penyakit infeksi maupun gangguan lainnya. Sehingga perlu dilakukan observasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter hewan untuk mengetahui kondisi alergi atau tidak.

 

Referensi :

Nuttal T, Harvey RG, McKeever PJ. 2009.A colour Handbook of skin disease of the dog and cat. Mason publishing:London

Noli C, Foster A, Rosenkrantz W.2014. Veterinary Allergy. WIley Blackwell

Bell JS, Cavanagh KE, Tilley LP, Smith FWK.2012. Veterinary medical guide to dog and cat breeds. Teton Newmedia

 

10 Pertanyaan Mengenai Cacingan pada Anjing dan Kucing

10 Pertanyaan Mengenai Cacingan pada Anjing dan Kucing

Kondisi cacingan pada anjing dan kucing merupakan salah satu dari sekian banyak masalah yang dikonsultasikan pemilik ke dokter hewan. Biasanya pemilik mulai khawatir kalau kucing atau anjing tiba-tiba di kotoran (pup) maupun muntahnya keluar cacing. Sontak pemilik akan kaget dan baru membawa dan konsultasi ke dokter hewan saat hal itu terjadi, lalu baru diberikan obat cacing setelah terlihat ada cacing yang keluar.

Tapi, ada juga pemilik lainnya yang memiliki kucing yang dipelihara secara indoor, tidak pernah keluar sama sekali, tidak pernah mengeluarkan cacing baik dari kotoran maupun muntahnya bertanya apakah tidak perlu diberi obat cacing? Apakah berarti kucing dan anjing tersebut tidak cacingan?

Pertanyaan-pertanyaan lainnya juga sering dilontarkan oleh pemilik hewan mengenai kasus kecacingan pada anjing dan kucing. Berikut 10 Pertanyaan Mengenai Cacingan pada Anjing dan Kucing :

1. Cacing apa saja yang menginfeksi anjing dan kucing?

Dari bentuknya, cacing yang menginfeksi anjing dan kucing terdapat 4 jenis, cacing gilig(nematoda/roundworms), cacing pita (cestoda/tapeworm), dan cacing tambang (trematoda/hookworm), cacing cambuk (whipworm).

Cacing gilig (roundworm/nematoda) yang menginfeksi anjing dan kucing diantaranya Toxocara canis, Toxascaris leonina. Bentuknya panjang gendut, membundar. Pada anjing dan kucing dengan infestasi yang parah sering ditemukan di muntah dan kotoran seperti pasta spaghetti.

Cacing pita (tapeworm/cestoda) yang menginfeksi anjing dan kucing diantaranya Dipylidium caninum, Taenia . Bentuknya pipih seperti pita, saat keluar dari tubuh bentuknya bersegmen-segmen tidak utuh. Pada kucing dan anjing sering ditemukan bentuk kecil seperti beras di anus maupun kotorannya.

Infeksi cacing pita (tapeworm) (Dokumentasi pribadi)

Cacing tambang (hookworm/trematoda) yang menginfeksi anjing dan kucing yaitu Ancylostoma caninum.  Bentuk nya panjang dengan badan sedikit berisi, jika dilihat dengan menggunakan mikroskop terlihat adanya gigi-gigi kait pada kepalanya.

Cacing cambuk (whipworm) bisa juga menginfeksi anjing dan kucing yaitu Trichuris vulpis. Bentuknya panjang dengan ujung tubuhnya seperti cambuk.

Cacing cambuk (whipworm) Trichuris vulpis pada anjing (Blagburn dan Dryden 2000)

Cacing yang sudah disebutkan diatas biasanya menyerang saluran pencernaan, namun ada juga cacing yang senang tinggal di organ lainnya yaitu jantung. Cacing ini ikut peredaran darah dan menetap di otot jantung dan pembuluh darah jantung sehingga dikenal dengan cacing jantung (heartworm) yaitu Dirofillaria immitis. Cacing ini sering menginfeksi anjing, bisa juga menginfeksi kucing.

Cacing jantung pada anjing (Nugroho (Tahun tidak diketahui))

 

2. Bagaimana anjing dan kucing bisa tertular cacing?

Anjing dan kucing bisa terkena atau tertular cacing setelah tidak sengaja telur cacing ataupun larva infektif dari cacing masuk ke tubuh melalui mulut atau bisa juga masuk langsung melalui kulit. Selain masuk secara langsung, bisa juga melalui hewan lainnya seperti pinjal dan nyamuk. Jenis penularan lain juga bisa terjadi dari induk ke anak selama kehamilan maupun masa menyusui.

Cacing yang bisa masuk melalui kulit secara langsung yaitu cacing tambang (hookworm) Ancylostoma , cacing ini memiliki kait dan gigi-gigi sehingga bisa masuk ke kulit terutama kalau kulit basah.

Cacing tambang pada anjing (Balgburn 2010)

Cacing lainnya masuk melalui mulut karena tidak sengaja menjilat ataupun makan makanan yang terkontaminasi cacing. Biasanya anjing dan kucing senang menjilati kaki nya dan menjilati juga kucing atau anjing lainnya, jika di kaki menempel tanah yang terkontaminasi telur dan larva infektif maka akan langsung masuk ke saluran cerna anjing dan kucing. Karena suasana yang sesuai, maka telur akan menetas, larva akan berkembang di saluran cerna.

Cacing yang bisa menginfeksi dengan cara ini yaitu cacing gilig (roundworm), cacing tambang (hookworm), cacing pita (tapeworm), dan cacing cambuk (whipworm).

Keempat cacing ini pun bisa ditularkan dari induk ke anak saat kondisi hamil dan menyusui, larva cacing infektif bisa masuk melalui pembuluh darah dan plasenta anjing maupun kucing, jadi anak anjing dan kucing bisa terdapat larva di saluran cerna nya bahkan sebelum lahir.

Setelah lahir, anjing dan kucing mengalami proses menyusui. Larva cacing bisa ikut masuk ke peredaran darah dan masuk juga ke kelenjar susu, sehingga anak anjing dan kucing yang menyusui bisa terinfeksi cacing dari induk.

Infeksi Roundworm (cacing gilig pada anjing dan kucing) (Balgburn dan dryden 2000)

Jenis cacing lainnya yaitu cacing jantung dan cacing pita (tapeworm) bisa menginfeksi anjing dan kucing melalui hewan lainnya. Pinjal (flea) merupakan parasit yang bisa membawa larva cacing pita, saat kucing tidak sengaja menjilat tubuhnya, pinjal bisa masuk ke tubuh dan berkembang di dalam tubuh kucing.

Sedangkan cacing jantung bisa menulari anjing melalui nyamuk, larva cacing  berkembang di tubuh nyamuk, saat nyamuk menggigit anjing, larva cacing jantung bisa masuk ke pembuluh darah anjing dan berkembang.

Cacing jantung pada anjing (Balgburn dan dryden 2000)

3.  Bagaimana  gejala kecacingan pada anjing dan kucing?

Kucing dan anjing yang mengalami cacingan bisa memperlihatkan gejala-gejala diantaranya :

1.Diare, bisa juga disertai darah.

Beberapa infeksi cacing menyebabkan luka di usus, sehingga integritas usus terganggu yang menyebabkan kotoran menjadi lembek bahkan menyebabkan diare. Cacing cambuk dan cacing tambang (ancylostoma) menempel pada permukaan usus, menyebabkan perlukaan di usus sehingga terdapat bercak darah dipupnya. Biasanya darah yang terlihat bukan darah segar (darah yang sudah bercampur kotoran dan berwarna gelap). 

2. Berat badan turun dan tidak mengalami pertambahan berat badan yang signifikan. 

Selain menyebabkan perlukaan, cacing di saluran cerna juga mengganggu penyerapan nutrisi sehingga anjing dna kucing yang terinfeksi parah bisa mengalami malnutrisi.

3. Rambut kusam dan rontok,

Kondisi tubuh yang tidak baik diserta banyaknya nutrisi yang hilang dan tidak terserap akibat parasit akan menyebabkan organ lain pun terganggu. Salah satu yang terlihat adalah pertumbuhan rambut yang berkurang, kulit kering, dan rambut kusam.

4. Perut buncit tidak proporsional 

Biasanya anak anjing dan kucing yang terlihat mengalami hal ini, perut buncit dengan badan yang kurus. Perut buncit (pot bellied) biasanya diakbatkan oleh banyaknya protein yang keluar ke rongga abdomen karena perlukaan saluran cerna. Ini juga menyebabkan kadar protein dalam darah berkurang (hypoproteinemia).

Perut buncit (pot bellied) pada anak anjing (Traversa 2012)

5. Nafsu makan menurun 

Kondisi ini terjadi kalau terjadi infestasi yang parah sehingga anjing dan kucing lemas dan nafsu makan berkurang.

Kondusu lainnya bisa terjadi sebaliknya nafsu makan tinggi tapi tidak mengalami peningkatan berat badan karena nutrisi yang diambil oleh cacing.

6. Pucat dan lemas

Infeksi cacing cambuk (whipworm) maupun cacing tambang (hookworm) bisa menyebabkan pendarahan di saluran cerna, jika pendarahan cukup parah bisa menyebabkan anemia (kekurangan darah), pucat pada mukosa (selaput lendir) dan lemas karena kurang oksigen dan kurang nutrisi.

7. Batuk, cepat lelah, sesak nafas

Kondisi ini bisa terjadi pada anjing dan kucing yang terinfeksi cacing jantung yang parah, cacing menyumbat dan menghambat kerja jantung,

8. Muntah dan kotoran ada cacing 

Kondisi ini bisa terjadi kalau cacing masuk ke saluran cerna dan organ lain termasuk saluran nafas sehingga kuing merasa tidak nyaman dan akhirnya muntah.

9. Sering menjilati bagian anus dan menggesekkan anus ke lantai 

Gatal pada bagian anus mungkin juga terjadi pada anjing dan kucing sehingga mereka ingin menggaruk dengan menggesekkan anus ke permukaan yang kasar.

Baca juga : Muntah cacing pada anjing dan kucing 

4. Bagaimana mengetahui anjing dan kucing cacingan?

Mengetahui anjing dan kucing cacingan bisa diketahui oleh pemilik jika sudah ada cacing yang keluar bersama muntah ataupun kotoran.

Selain itu, pemilik bisa konsultasi ke dokter hewan, dokter akan memeriksakan feses (kotoran kucing atau anjing) dengan menggunakan teknik tertentu. Walaupun belum terlihat ada gejala, bisa juga anjing atau kucing memperlihatkan hasil positif telur cacing saat pemeriksaan kotoran (feses).

5.  Bagaimana mencegah anjing dan kucing terinfeksi cacing?

Anjing dan kucing bisa terhindar dari infeksi cacing dengan memberikan obat cacing secara teratur.

Selain itu, perhatikan juga kebersihan makanan maupun perlengkapan dan tempat bermain anjing dan kucing.

Jika anjing senang bermain di taman, pastikan tidak memakan pup (kotoran) anjing lainnya.

Penting juga untuk pemilik segera membersihkan kotoran setelah anjing dan kucing buang kotoran. Selalu membawa kantung atau plastik untuk membuang kotoran.

Sebaiknya gunakan kotak pasir untuk kucing, dan ganti secara teratur pasir dan kotak pasir.

cek disini : membersihkan kotak pasir 

Jenis makanan pun perlu diperhatikan, usahakan kucing maupun anjing tidak berburu tikus dan hewan pengerat lainnya karena dikhawatirkan ada cacing di ototnya. Jika memberikan makanan rawfood (makanan mentah) perhatikan juga sumber daging atau ikannya, perhatikan cara mengolahnya, pastikan benar melakukan pelayuan dan pembekuan serta thawing nya agar bisa meminimalisir resiko keberadaan parasit.

6.  Kapan seharusnya memberikan obat cacing pada anjing dan kucing?

Obat cacing bisa diberikan sejak anak kucing maupun anak anjing berusia 6 minggu, bisa juga diberikan lebih awal berdasarkan saran dokter jika memang ditemukan infeksi cacing yang cukup parah.

Pemberian obat cacing juga diulangi 2 -4 minggu kemudian jika usia dibawah 6 bulan. Selebihnya bisa diberikan 2-3 bulan mengikuti siklus hidup cacing, untuk memutus siklus hidupnya.

Pemberian obat cacing pada induk sebaiknya dilakukan sebelum kawin, sehingga saat hamil dan menyusui tidak menulari anaknya.

Pemberian obat cacing sebaiknya berdasarkan saran dokter hewan, selain merujuk pada cara penggunaan berdasarkan produk, dokter juga akan memberikan saran sesuai dengan kondisi kucing maupun anjing. Jadi sangat mungkin setiap individu kucing dan anjing mendapatkan saran yang berbeda sesuai kondisinya.

7. Apakah kucing atau anjing yang tidak pernah keluar rumah (indoor) perlu diberikan obat cacing?

Ya, anjing dan kucing yang tidak pernah keluar rumah tetap perlu diberikan obat cacing. Penularan nya bisa juga dari nyamuk maupun pinjal (Seperti yang telah dibahas sebelumnya).

Tapi, kucing dan anjing saya tidak pernah terlihat mengeluarkan cacing, apa berarti anjing dan kucing saya tidak cacingan?

Mungkin saja infestasi cacing nya sedikit dan daya tahan tubuhnya baik sehingga tidak memperlihatkan adanya gejala maupun kondisi yang merujuk ke kecacingan.

Kemungkinan lainnya  memang kucing dan anjing saat itu belum terinfeksi cacing, atau daya tahan tubuhnya bisa dengan baik melawan cacing.

Karena kita sebenarnya tidak bisa menjamin lingkungan bebas dari cacing, namun bisa mengurangi resiko kecacingan dengan menjaga kebersihan dan memberikan tindakan pencegahan terhadap infeksi cacing.

Data Infeksi cacing tambang berdasarkan penelitian Oktaviana et al. 2014

Berdasarkan penelitan tersebut terlihat walaupun dipelihara dirumah (kucing rumahan/bukan kucing liar) masih ditemukan adanya telur cacing di kotoran. Studi lainnya menunjukkan juga tetap ditemukan adanya telur cacing gilig (roundworm) pada kucing rumahan.

Keberadaan cacing gilig (roundworm/Toxocara) berdasarkan penelitian Nealma et al. 2013)

 

Berarti kucing rumahan pun masih memiliki resiko terinfeksi cacing berdasarkan penelitian tersebut yaitu cacing tambang (Ancylostoma) dan cacing gilig (roundworm / Toxocara). 

 

8. Apakah cacing pada anjing dan kucing bisa menular ke manusia (zoonosis)?

Cacing yang menginfeksi anjing dan kucing bisa juga menginfeksi manusia. Cacing pada anjing dan kucing bisa menyebabkan cutaneous larva migran (cacing dibawah kulit) maupun visceral larva migran (cacing didalam otot dan organ).

Lebih lengkapnya silahkan baca disini : Penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia 

9. Apakah obat cacing untuk manusia bisa digunakan untuk kucing dan anjing?

Sering sekali saya mendapatkan pertanyaan mengenai hal ini, bahkan banyak juga pemilik yang sudah memberikan obat cacing untuk manusia kepada anjing dan kucingnya. Merk yang ada di pasaran yang biasa digunakan yaitu Combantrin dengan kandungan pyrantel pamoat bentuknya yang sering digunakan adalah bentuk syrup.

Namun, apakah bisa digunakan untuk membasmi cacing secara efektif untuk anjing dan kucing?

Ternyata penggunaannya tetap perlu dikonsultasikan dengan dokter hewan karena dosis untuk anjing dan kucing berbeda dengan dosis untuk manusia. Pemberian tidak sesuai dosis tentu akan mengurangi efektfitasnya.

Kandungan combantrin yang hanya terdiri dari 1 zat aktif yaitu Pyrantel pamoat, tidak cukup untuk membasmi keseluruhan kucing yang menginfeksi anjing dan kucing. Contohnya cacing pita, infeksi cacing pita tidak bisa dibasmi oleh zat aktif ini, sehingga perlu ada kombinasi obat cacing lainnya.

Sementara, pada obat cacing yang diformulasikan khusus untuk anjing dan kucing sudah terdapat kombinasi 2-3 zat antiparasit yang bisa lebih efektif membasmi cacing pada anjing dan kucing seperti febantel, febendazol, dan praziquantel, albendazol.  Untuk cacing jantung bisa menggunakan obat cacing yang mengandung milbemycine oxime, maupun ivermectine.

Merk obat cacing yang banyak ditemukan di petshop dan tempat perlengkapan hewan maupun tempat praktek dokter hewan yaitu drontal, petderm, caniverm, univerm, dan lain sebagainya.

10. Apakah makanan mentah untuk anjing dan kucing bisa menularkan cacing?

Bisa jika pengolahan makanan mentahnya tidak benar, karena beberapa cacing bisa bertahan di otot atau daging sapi, babi, maupun ikan. Sehingga memang pemanasan sangat disarankan untuk mengurang resiko penularan cacing pada anjing maupun kucing. Namun, jika memang tetap ingin menggunakan sistem memberi makan mentah (rawfood) pastikan bahan yang digunakan berkualitas, pengolahannya tepat, pendinginan dna pelayuannya optimal sehingga mengurang resiko infeksi cacing pada anjing dan kucing.

 

Infeksi cacing pada anjing dan kucing bisa berbahaya jika terjadi infestasi dalam jumlah yang banyak. Tindakan pencegahan penting dilakukan sebelum terjadi infeksi yang lebih parah. Konsultasi dengan dokter hewan minimal 6 bulan sekali sangat disarankan untuk menjaga kesehatan anjing dan kucing dan mendapatkan saran lebih lanjut mengenai kesehatan anjing dna kucing

Referensi :

Nugroho, TAE. (Tahun tdk diketahui). INVESTIGASI CACING DIROFILARIA IMMITIS PADA ANJING YANG DI NEKROPSI DI KOTA GORONTALO DAN PROFIL DARAH ANJING PENDERITA CANINE HEARTWORM DISEASE. Unversitas negeri Gorontalo. Investigasi-Cacing-Dirofilaria-Immitis-pada-Anjing-yang-di-Nekropsi-di-Kota-Gorontalo-dan-Profil-Darah-Anjing-yang-Terinfeksi-Canine-Heartworm-Disease-1.pdf (437 downloads)

Estuningsih SE.2005. Toxocariasis pada hewan dan bahayanya pada manusia. Wartazoa 15(3)  :136-142

Nealma S, Dwinata I, Made oka I.2013. Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara cati pada Kucing Lokal di Wilayah Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(4) : 428 – 436

Oktaviana P,  Dwinata I, Made oka I.2014. Prevalensi Infeksi Cacing Ancylostoma Spp Pada Kucing Lokal (Felis catus) Di Kota Denpasar.Buletin Veteriner Udayana 6(2) : 161-167

Traversa D.2012. Pet roundworms and hookworms: A continuing need for global worming.Parasites & Vectors 2012, 5:91

Blagburn B.2010. Novartis Internal parasite of dog and cat.Novartis animal health

Blagburn B, Dryden MW.2000. Pfizer Atlas of veterinary clinical parasitology. Pfizer animal health

 

 

 

 

 

 

5 Pertanyaan Terpopuler Tentang Virus Parvo pada anjing

5 Pertanyaan Terpopuler Tentang Virus Parvo pada anjing

Anjing dan kucing sama juga seperti manusia bisa terkena infeksi bakteri, parasit, maupun virus. Salah satu virus yang dikhawatirkan oleh pemilik anjing karena penularan yang cepat dan tingkat kematiannya yang tinggi yaitu virus parvo. Penyakit viral ini sebenarnya bisa dikurangi resikonya dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan.

Info lebih lengkap bisa cek disini ya : 6 Tips mencegah infeksi virus parvo pada anjing

Banyak juga beberapa pemilik anjing yang menanyakan seputar virus parvo di web tanyadokterhewan.com maupun instagram @tanyadokterhewan. Berikut saya rangkum 5 pertanyaan terpopuler tentang virus parvo pada anjing :

1.Apakah saya (pemilik anjing) perlu khawatir terhadap anjing yang belum divaksin?

Pemilik anjing yang memiliki anjing sebelumnya dan hendak mengadopsi kembali anjing lainnya tentu perlu mempertimbangkan efek kesehatan anjing pendatang baru dan penghuni sebelumnya. Sebaiknya kedua anjing dilakukan vaksinasi terlebih dahulu untuk mengurangi resiko infeksi satu sama lainnya.

Anjing yang belum divaksin bisa membawa penyakit walau belum menunjukkan gejala klinis, sehingga bisa menularkan kepada anjing lainnya.

Jadi, pemilik anjing memang perlu waspada dan khawatir jika anjing belum divaksin.

2. Anjing saya sudah vaksin parvo, apakah masih bisa terinfeksi?

Ya, tentu anjing masih bisa terinfeksi walaupun sudah dilakukan vaksinasi terhadap virus parvo. Namun, ketika anjing sudah di vaksin akan menimbulkan gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan anjing yang belum pernah melakukan vaksinasi.

Namun beberapa hal perlu diperhatikan untuk meningkatkan keberhasilan vaksinasi yaitu :

Pastikan vaksin dilakukan oleh dokter hewan, vaksin saat hewan sehat, vaksin perlu diulang untuk memaksimalkan kerja vaksin. 

Informasi tentang vaksin bisa cek disini ya : Mengapa wajib vaksinasi anjing dan kucing

3. Bagaimana virus parvo menginfeksi anjing?

Virus parvo bisa menular melalui kontak langsung antara anjing yang terinfeksi dengan anjing lainnya. Selain itu, virus parvo juga bisa menginfeksi jika anjing kontak dengan lendir, kotoran (pup) dari anjing yang terinfeksi.

Penularan melalui peralatan dari anjing yang terinfeksi pun bisa menularkan ke anjing lainnya terutama jika daya tahan tubuhnya kurang baik.

Manusia juga bisa menjadi sumber penularan jika tidak mencuci tangan setelah memegang peralatan dan anjing yang sakit. Lendir atau cairan tubuh yang mengandung virus sangat mungkin menempel pada tangan kita, lalu kita menyentuh anjing lain tanpa mencuci tangan, sehingga bisa meningkatkan resiko penularan.

Virus parvo yang menginfeksi, masuk melalui mulut ataupun hidung (bisa karena mencium anus atau kotoran anjing lain yang terinfeksi, lalu tidak sengaja kotoran menempel lalu terjilat dan masuk melalui mulut), kemungkinan penularan lainnya menggunakan kandang atau peralatan yang terkontaminasi anjing terinfeksi yang tidak dibersihkan dengan benar.

Virus yang masuk melalui mulut akan berkembang di organ pertahanan (jaringan limfe) sehingga menimbulkan penurunan daya tahan tubuh. Virus akan berkembang dan menyebar ke organ lainnya terutama usus dan merusak bagian vili usus. Hal ini menyebabkan adanya perlukaan di usus yang dicirikan dengan diare berdarah disertai muntah.

Kondisi daya tahan tubuh yang buruk akibat infeksi virus in juga menyebabkan adanya infeksi dari bakteri yang memperparah infeksi dan kondisi tubuh semakin menurun.

Tak jarang menyebabkan kematian karena terjadi pada waktu yang singkat dengan infeksi yang hebat.

Organ yang menjadi target infeksi virus parvo (ditandai merah) (otot jantung, saluran cerna)
(sumber : vet.cornell.edu)

4. Bagaimana gejala anjing yang terinfeksi virus parvo?

Anjing yang terinfeksi virus parvo akan memperlihatkan gejala setelah 5-7 hari pasca infeksi, tapi bisa juga lebih lama atau lebih cepat muncul sekitar 2-14 hari setelah infeksi. Sifat virus yang seperti ini menyebabkan anjing yang belum menimbulkan gejala juga masih mungkin menginfeksi anjing lainnya. Jadi memang perlu perhatian dan kewaspadaan dari pemilik.

Gejala anjing yang terinfeksi parvo yaitu :

a. Lemas

b. Tidak nafsu makan

c. Pada anak anjing akan terlihat murung, tidak mau bermain

d. Terlihat sakit perut (menahan perut agar tidak terlalu banyak pergerakan)

e. Muntah

f. Diare, pada kondisi yang parah menyebabkan diare berdarah

g. Dehidrasi (kekurangan cairan)

h. Pucat

i. Demam

j. Nafas cepat, detak jantung cepat

Infeksi virus parvo bisa terjadi secara akut (sangat cepat) jadi perlu penanganan segera.

Diare berdarah pada anjing terinfeksi virus parvo
(Didalam buku : Clinical medicine of the dog and cat)

5. Kalau anjing sudah memperlihatkan gejala parvo, apa yang perlu dilakukan?

Jika sudah muncul gejala yang merujuk pada  infeksi virus parvo terutama disertai tidak nafsu makan lebih dari 2 hari. maka sangat tepat bila langsung membawanya ke dokter hewan.

Menunda membawa ke dokter hewan dan mencoba mengobatinya sendiri dapat beresiko fatal.

Penyakit parvo berkembang sangat cepat sehingga jika dibiarkan beresiko kematian pada anjing terinfeksi.

Dokter akan memeriksa secara keseluruhan, biasanya anjing yang terinfeksi akan demam (diatas 40°C), jika sudah dehidrasi parah dokter akan melakukan tindakan infus atau terapi cairan.

Pada beberapa klinik sudah ada test cepat untuk mendeteksi virus ini, sehingga bisa terlihat anjing terinfeksi parvo atau tidak.

Pengobatan bisa dilakukan dengan melihat gejala klinisnya, dokter mungkin akan memebrikan obat-obatan untuk mengurangi muntah, diare, dan antibiotik (karena kemungkinan ada infeksi bakteri). Obat ini perlu diberikan berdasarkan resep dokter, tidak boleh sembarangan.

Jika anjing kondisinya sudah bisa dibawa pulang dan dirawat di rumah. Maka penting juga bagi pemilik untuk memperhatikan kondisinya seperti :

  1. Bersihkan kandangnya. Kandang atau tempat tidurnya sangat mudah kotor dan berbau amis bekas darah. Bersihkan setiap anjing muntah atau pup agar terasa nyaman dan meringankan sakit yang dirasakannya.
  2. Berikan juga alas untuk memberikan kenyamanan
  3. Berikan makanan sesuai saran dokter, biasanya karena mual perlu diberikan makanan sedkit tapi sering dengan tekstur yang lembut. Anjing kemungkinan cukup sulit makan sendiri, jadi perlu disuapi. Menyuapi anjing penting karena nutrisi tetap perlu didapatkan agar mempercepat persembuhan. Cairan infus saja tidak bisa membantu jika tidak disertai dengan makanan. Dokter mungkin akan menyarankan makanan khusus, namun bisa juga kita membuat makanan sendiri dengan daging, ayam, dan bahan lainnya berdasarkan saran dokter. 
  4. Tambahkan protein seperti kaldu ayam atau air madu dan sari kurma untuk mempercepat persembuhan. Meskipun nafsu makan tidak ada atau muntah terus menerus, tetap suapi anjing agar tidak semakin dehidrasi.
  5. Minum obat sesuai dengan resep dokter. 

 

Infeksi virus pada anjing memang tidak bisa dihindari, namun penting juga bagi pemilik untuk mengenal lebih lanjut tentang infeksi virus parvo pada anjing agar bisa segera melakukan tindakan. Penanganan yang terlambat bisa menyebabkan kondisi yang parah dan fatal.