Wanita, kucing, dan Toxoplasma

Wanita, kucing, dan Toxoplasma

Kerap kali ku mendengar perkataan orang-orang sekitar kalau aku sedang bermain dengan kucing ku. Bukan kucingku tepatnya, tapi kucing liar disekitar rumah ku. Memang dia tidak secantik kucing yang kalian sebut kucing ras. Tapi, mereka lucu, cantik dan menggemaskan, bahkan memiliki tingkah laku yang baik, sopan dan menarik menurutku.

Awalnya mereka takut saat didekati, akhirnya mereka senang datang kembali karena pernah ku beri makan. Ketika aku melakukan itu, banyak sekali orang yang memandang ku sambil berkomentar “ eh, anak gadis gak usah deket-deket kucing kampung, kotor, bau, nanti gak bisa punya anak loh!”

Waduh, aku langsung tertegun, mana mungkin bermain dengan kucing bisa membuat kita tidak bisa punya anak alias mandul? Eh tapi setelah aku pikir kembali, ya iya kalau aku tidak memiliki suami lalu aku main dengan kucing terus menerus tentu aku tidak bisa hamil ya. Aku tertawa hahaha dalam hati ku, sambil simpul senyum itu aku tunjukkan.

Tidak hanya satu atau dua orang yang mengatakan hal tersebut padaku, mereka bilang bulu kucing itu bisa membuat mandul, tidur sama kucing bisa membuat mandul. Hal ini membuat ku sangat penasaran, akhirnya aku membuat penelitian dan pencarian kecil-kecilan ku. Tepatnya mencari literatur yang sesuai dari jurnal ilmiah, buku, serta artikel ilmiah. Jaman sekarang mudah sekali mendapat informasi, hanya ketik saja di mesin pencari langsung muncul semua hal mengenai yang kita inginkan. Akhirnya saat aku mengetik ibu hamil dan kucing, kucing penyebab mandul. Banyak sekali artikel yang muncul. Setelah aku baca-baca ternyata memang kucing memiliki anugrah luar biasa sehingga parasit yang bernama Toxoplasma ini hanya berkembang di tubuh bangsa kucing (Felidae) dan menjadi infektif alias bisa menginfeksi hewan lain hanya dari kotoran kucing saja.

Loh, jadi selama ini penularannya hanya dari kotoran saja? Itu pun kalau ada ookista alias telur parasit ini yang masuk melalui mulut kita. Tapi kan gak mungkin ya kita makan kotoran kucing, hiiii. Yang paling mungkin ya kalo kita lupa atau tidak terbiasa cuci tangan setelah memegang kotoran kucing. Ah tapi itu juga tidak mungkin, karena selama ini aku selalu menggunakan sekop kalau ingn mengambil kotoran kucing. Bukan langsung dengan tangan ku, tidak terbayang bau nya kalau sampai aku sentuh. Lagian kotoran kan jijik dan bau, tentu kalau habis menyentuhnya aku cuci tangan. Tapi ternyata cuci tangan saja dengan air tidak cukup, perlu dengan sabun sehingga kalau ada ookistanya bisa jatuh.

Lalu bagaimana dengan bulu atau rambutnya, serta kebiasaan kita tidur dan tinggal bersama kucing, apakah juga bisa terinfeksi?

Selain dari kotoran kucing, penularan lain yang mungkin berasal dari makan makanan atau sayuran yang terdapat ookista infektif dari toxoplasma. Jadi kalau rambutnya, kita mengelus kucing, tinggal bersama kucing tidak menularkan toxoplasma. Tapi kalau kita makan makanan dari hewan yang di dagingnya terdapat parasit Toxoplasma, kita bisa terinfeksi juga.

Jadi, pastikan kalau kita memakan daging yang matang sebaiknya kurangi dan hindari makan makanan setengah matang. Ternyata Toxoplasma ini mati kalau dilakukan pemanasan diatas 70C loh.

Alhamdulillah sih aku lebih suka makan makanan matang, kalau pesan steak juga pesannya tang well done. Tapi sedikit was was juga sih kalo makan sate gitu, soalnya sangat mungkin setengah matang. Jadi kayaknya kalau ibu hamil kurang-kurangi makan sate atau olahan setengah matang.

Oh iya, ternyata kalau kucing atau hewan yang terinfeksi parasit ini gejalanya tidak signifikan loh. Mirip seperti gejala penyakit lainnya. Tapi dengan pemeriksaan lanjutan bisa diketahui status infeksinya. Untuk kucing belum ada vaksin untuk parasit ini, tapi bisa dilakukan pemeriksaan. Kalau gejala klinisnya mengarah ke infeksi toxoplasma disertai dengan hasil tes yang menandakan sedang terjadi infeksi akut. Bisa diobati kok dengan menggunakan antibiotik.

Pada manusia ada yang namanya tes TORCH ini untuk mengetahui status infeksi terhadap Toxoplasma, Rubella, Citomegalovirus, dan herpes simplex). Bagusnya sih memang kalau ibu hamil atau yang akan menikah melakukan tes ini, tapi karena lumayan mahal, masih jarang yang melakukannya. Kecuali memang beresiko atau ada riwayat keguguran berkali-kali.

Kenapa ibu hamil selalu dikaitkan dengan TORCH ? Karena infeksi yang terjadi pada ibu hamil bisa menyebabkan keguguran, gangguan perkembangan janin, bahkan melahirkan janin yang mengalami kelainan salah satunya hidrocephalus.

Tapi tidak hanya ibu hamil saja loh ! Infeksi parasit ini terjadi juga pada pria, anak-anak, wanita yang tidak hamil. Gejala klinisnya tergantung ke organ apa parasit ini menginfeksi, bisa terjadi pada mata, otot, saluran reproduksi, syaraf. Tentu untuk mengetahuinya perlu pemeriksaan lanjutan. Kalau memang sedang terjadi infeksi tentu dilakukan treatment yang sesuai oleh dokter.

Terus bagaimana pencegahannya?

Hal paling sederhana tapi paling sering lupa yaitu mencuci tangan dengan sabun. Menjaga kebersihan diri dengan makan makanan bergizi, sebaiknya matang bisa mengurangi resiko infeksi. Jika memang kontak dengan kucing dan kotorannya sebaiknya segera bersihkan kotoran kucing, jangan menunda sampai berhari-hari. Pastikan setelahnya mencuci tangan ya.

Jadi, mengelus kucing, tidur bersama kucing tidak akan menyebabkan penularan toxoplasma asal kita menjaga kucing kita makan makanan matang, kita makan makanan yang matang juga, lalu jangan lupa mencuci tangan dengan sabun. Tak perlu khawatir dengan kucing ya, kucing tidak salah kok !

 

Silahkan baca juga ini ya :

10 fakta toxoplasmosis

6 cara mencegah infeksi toxoplasma 

Cek juga disini : Siklus hidup Toxoplasma 

Ibu Hamil tidak masalah memelihara kucing 

Makan daging mentah atau setengah matang meningkatkan resiko infeksi toxoplasma 

 

kuliah di fakultas kedokteran hewan

10 Pertanyaan Seputar Kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan

10 Pertanyaan Seputar Kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan

Pertanyaan yang masuk ke channel tanyadokterhewan di instagram ataupun di web tanyadokterhewan.com tidak hanya seputar kesehatan hewan loh.

Banyak juga yang bertanya mengenai gambaran kuliah di fakultas kedokteran hewan, ingin tau apa saja yang dipelajari di kedokteran hewan, dan paling penting biasanya kalo sudah lulus bisa kerja dimana saja?
Soalnya harapan orang tua ya kalau sudah ngeluarin banyak effort termasuk uang untuk menyekolahkan anak inginnya kerja biar anak bisa mandiri dan bisa sukses dengan pilihannya. Salah satunya dengan kerja ya. Bener gak?

Nah, berikut saya rangkum 10 pertanyaan seputar kuliah di fakultas kedokteran hewan :

1.Dimana saja unversitas yang memiliki program sarjana kedokteran hewan ?

Menjadi dokter hewan, tidak bisa langsung lulus dan bergelar dokter hewan (drh). Sebelumnya perlu melalui tahapan sarjana terlebih dahulu dan akan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan (S.KH). Masa sarjana normalnya dilalui selama 4 tahun, dilanjutkan dengan program pendidikan dokter hewan (PPDH/koas/koasistensi) selama 1.5 tahun kurang lebih.

Kuliah dokter hewan itu bisa dijalani di universitas yang memiliki fakultas kedokteran hewan. Di Indonesia ada 11 universitas yang memiliki fakultas kedokteran hewan yaitu :

  • Unsyiah (UNIVERSITAS SYIAHKUALA ACEH),
  • IPB (INSTITUT PERTANIAN BOGOR),
  • UNPAD (UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR),
  • UGM (UNIVERSITAS GAJAH MADA),
  • UB (UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG),
  • UWKS (UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA SURABAYA),
  • UNAIR (UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA),
  • UNUD (UNIVERSITAS UDAYANA)
  • UNHAS (UNIVERSITAS HASANUDIN MAKASSAR),
  • UNTB (UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT),
  • UNDANA (UNIVERSITAS NUSA CENDANA)

Mulai banyak memang dan persebarannya mulai merata di seluruh Indonesia. Tujuannya tentu untuk menghasilkan para dokter hewan berkualitas di seluru Indonesia. Kompetensi nya juga sama loh, karena setelah lulus sarjana kita perlu mengikuti koas atau program pendidikan dokter hewan sekitar 1.5 tahun lalu akan diambil sumpah dokter hewan, setelah itu melakukan ujian kompetensi dokter hewan yang diakui secara nasional. Kalau sudah jadi dokter hewan ada lembaga yang melindungi profesi ini yaitu PDHI (PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA) yang memiliki berbagai cabang di seluruh Indonesia.

2. Bagaimana masuk ke Program Sarjana Kedokteran Hewan?

Cara masuk ke FKH sama saja dengan masuk ke fakultas lain. Kalau dulu saya masih mengalami namanya USMI kalau di ipb artinya undangan seleksi masuk ipb , jadi tanpa tes berdasarkan nilai rapot selama SMA dan UN. Alhamdulillah jadi lebih tenang karena masuk lewat jalur ini. Kalau tidak salah sekarang juga ada namanya SNMPTN. Kalau dulu SNMPTN itu kalau tidak salah test,  kalau sekarang namanya SBMPTN. Ya apapun namanya intinya masuk ke universitas menggunakan test bersama gitu. Nah ini saingannya super banyak, jadi harus bener-bener berjuang. Selanjutnya kalau di ipb bisa juga masuk lewat jalur UTM ujian talenta mandiri.

Untuk info jalur masuk ke universitas bisa mencari info di universitas yang akan dituju. (Tinggal cari saja di google).

3. Apa biaya kuliah di fakultas kedokteran hewan mahal?

Sepertinya kalau mahal saya rasa tidak juga, sama seperti biaya kuliah di fakultas lain juga kok biayanya. Memang sekarang kuliah membutuhkan biaya yang tidak sedikit, jadi perlu ekstra persiapan dari orang tua dan kita sebagai mahasiswa juga perlu rajin cari beasiswa.
Tapi memang di fakultas kedokteran hewan perlu ada biaya tambahan kadang tidak terduga ketika membutuhkan dana untuk praktek, membeli alat praktek, membeli hewan untuk praktek (misalnya kuda untuk praktikum bedah, tentu patungan satu kelas). Perlu juga persiapan dana untuk beli buku praktikum. Kadang biaya biaya itu sudah termasuk di biaya bulanan kalau saya, jadi tidak meminta orang tua lagi. Jadi harus pandai bagi-bagi uang sesuai kebutuhannya.
Kalau dulu saat   saya kuliah tahun 2009  biaya masuk saya 12.500.000 sudah dengan biaya asrama, lalu biaya persemester saya 3.000.000. Tapi sekarang biayanya persemster sekitar 9.000.000an tergantung juga pendapatan orang tua masing-masing. Kebijakan kampus juga berbeda-beda. Jadi bisa ditanyakan saja langsung ya.
Untuk biaya koas atau pendidikan profesi dokter hewan kalau di ipb waktu tahun 2014 sekitar 9.5 juta, tapi sekarang kabarnya mencapai 20 juta rupiah. Beda universitas beda juga biaya nya. Jadi jangan lupa tanyakan kembali.

Program beasiswa saat kuliah juga banyak sekali, penting bagi mahasiswa untuk mengambil dan mencoba setiap kesempatan beasiswa yang ada. Menurut saya beasiswa sangat membantu sekali menyelesaikan studi, saya juga termasuk awardee beasiswa yang alhamdulillah sangat terbantu dengan adanya beasiswa.

4. Apa saja yang dipelajari di Fakultas Kedokteran Hewan?

Saya membagikan pengalaman saya selama kuliah di FKH IPB ya, soalnya saya alumni ipb.
Kalau menurut saya tahun pertama di ipb belum begitu berat karena kami mengalami masa TPB (TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA) kalau sekarang PPKU namanya. Mata kuliahnya sama seperti masa masa SMA kalau dulu, kalau sekarang ada beberapa mata kuliah dari fakultas juga seperti anatomi.
Semester 3 (tingkat 2)  mulai masuk fakultas, mulai banyak hal baru, dosen baru, mata kuliah baru yang memang khusus dipelajari di fakultas seperti anatomi, embriologi, histologi, fisiologi. Awalnya senang dan excited sekali karena memang menarik, tapi saya akui masa transisi ini super sulit. Nilai banyak yang jeblok di semester ini, jam istirahat berkurang, bahkan ujian setiap sabtu. Mulai deh stress, jadi banyak makan. Hehe.
Masuk tingkat 3 mulai terbiasa, tapi ternyata makin susah mata kuliahnya. Mulai masuk materi materi klinik yang membuat otak harus berpikir secara logika seperti dokter ditambah hapalan yang lumayan banyak. MasyaAllah luar biasa tekanannya. Libur makin jarang, makin tidak bisa pulang kerumah. Kalau mau, pada tingkat ini bisa juga liburannya diisi dengan magang di berbagai peternakan atau klinik.
Tingkat 4 alias semester 7 dan 8 kalau fakultas kami masih ada kuliah, sedangkan fakultas lain hanya beberapa mata kuliah plus sudah seminar dan sidang. Sementara kalau kami masih berkutat dengan kuliah dan ujian. Disini waktu harus benar-benar dibagi dengan baik untuk kuliah, ujian ,penelitian, menyusun skripsi. Luar biasa.

Jadi tidak perlu heran kalau masa studinya sedikit molor, tapi masih masa toleransi kok. Tidak lewat dari 4 tahun insyaAllah. Tidak perlu baper juga teman teman sudah lulus, kita belum. Kan kita masih berproses, asal dinikmati saja prosesnya.

5. Apakah setelah jadi sarjana bisa langsung praktek jadi dokter hewan?

Setelah menyusun skripsi, seminar, sidang jadi SKH (sarjana kedokteran hewan). Untuk teman-teman yang mau sampai sarjana saja juga bisa, tapi kalau mau jadi dokter hewan harus ikut lagi program profesi dokter hewan (PPDH/KOAS) selama 1.5 tahun.
Lumayan panjang kan, perjalanan menjadi dokter hewan.

Setelah melalui 1.5 tahun masa profesi dokter hewan, akan dilakukan ujian komprehensif seperti sidang semasa sarjana, lalu kalau sudah lulus bisa daftar untuk wisuda dan upacara pengambilan sumpah.

Setelah itu, bisa mengambil ujian kompetensi dokter hewan indonesia, ini yang membuat dokter hewan dari mana pun setara dan sama jadi tidak ada perbedaan kompetensi.

6. Apakah paramedis (D3 kesehatan hewan) bisa melanjutkan studi menjadi dokter hewan?

Kalau yang saya ketahui, tetap prosesnya perlu mengambil program sarjana kembali serta melalui 4 tahun sarjana, 1.5 tahun koas dokter hewan. Tapi untuk lebih jelasnya bisa ditanyakan kembali ke universitas yang dituju.

7. Apa saja yang dibutuhkan selama kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan?

Selain biaya, perlu juga dibutuhkan rasa sabar dan mental yang luar biasa (menurut saya). Kuliah di fakultas kedokteran hewan penuh dengan hapalan yang banyak sekali jadi perlu pandai merangkai kata agar hapalan bisa mudah kita serap dan diaplikasikan. Saat ujian penting sekali untuk belajar jauh-jauh hari karena ujian yang dilakukan banyak mata kuliah kadang cukup membuat otak panas.

Perlengkapan standar untuk pemeriksaan hewan seperti stetoskop, pen light, termometer, alat operasi minor juga perlu disiapkan. Sepatu boot, wear pack, baju lapang jangan lupa juga dipersiapkan biasanya digunakan saat praktikum diagnostik klinik, reproduksi, dan kegiatan lapang lain. Pensil warna juga perlu loh untuk menggambar pada kegiatan praktikum anatomi, histologi, embiologi, patologi, endoparasit, dan lainnya.

8. Kalau takut dengan hewan apakah tetap bisa masuk ke fakultas kedokteran hewan?

Tidak masalah jika takut dengan hewan tertentu, karena memang pada dasarnya kita perlu waspada dengan hewan terutama hewan liar. Tapi sebisa mungkin tidak perlu ditunjukkan rasa takut yang berlebihan, biasanya karena sudah terbiasa dan tuntutan praktikum jadi rasa takut itu hilang seketika. Sebelumnya saya juga tidak begitu familiar dengan kucing, takut bahkan, karena dirumah saya memelihara anjing jadi saya lebih familiar dengan anjing. Tapi lama-lama terbiasa juga kok, malah sekarang merawat kucing juga di rumah.

Tapi ingat, jangan merasa berani, tetap harus waspada dan kenali dulu hewan sebelum didekati dan berinteraksi. Tak jarang tangan atau wajah bisa jadi sasaran cakaran, gigitan, bahkan tendangan (sapi, kuda).

9. Saya muslim, bagaimana dengan memegang anjing, apa wajib?

Wajib bagi mahasiswa yang menempuh studi di fakultas kedokteran hewan untuk kontak dengan anjing kalau diperlukan. Biasanya praktek tidak bisa memilih hewan, hewan anjing, kucing, apapun harus dihadapi. Bedah juga bisa berhadapan dengan anjing dan babi. Tapi karena muslim tentu kita mengenal najis, jadi perlu diperhatikan cara membersihkannya, usahakan sediakan tanah yang bersih untuk bersuci.  Memegang anjing tidak disarankan menggunakan sarung tangan, kecuali memang ada infeksi pada kulit atau kondisi tertentu yang mengharuskannya.  Tapi selama kegiatan praktikum di kampus sama sekali tidak menggunakan sarung tangan (kecuali anatomi/ kalau tidak pakai sarung tangan nanti bisa keriput tangan terkena formalin,  patologi melakukan nekropsi (bedah bangkai)/ perlu pakai sarung tangan karena kondisi hewan mati yang banyak mengandung bakteri pembusuk)).

10. Dimana dokter hewan bisa bekerja setelah menyelesaikan studinya?

Mempelajari berbagai mata kuliah di fakultas kedokteran hewan membuat kita menjadi fleksibel bisa menggeluti berbagai bidang. Selain mempelajari seputar hewan, kita juga belajar mengenai keamanan pangan terutama bahan pangan asal hewan (telur, susu, daging) dan produk olahannya, mempelajari juga penyakit-penyakit yang bisa menjangkiti manusia yang ditularkan melalui hewan (zoonosis), belajar juga memotong hewan ternak yang benar dan sesuai syariat islam, karena ternyata pemotongan hewan yang baik mempengaruhi kondisi dan kualitas daging. Kebersihan pangan, higiene, sanitasi juga dipelajari semua. Selain itu, kita juga belajar mengenai parasit (ektoparasit, endoparasit) karena banyak penyakit yang ada di manusia dan hewan yang ditularkan melalui perantara parasit (kutu, caplak, pinjal, nyamuk, lalat dan lain sebagainya).

Menurut OIE  (organisasi kesehatan hewan dunia), terdapat 33 bidang yang bisa dokter hewan geluti yaitu :

Cek juga disini ya : Veterinarian Competencies 

Jadi, setelah lulus dokter hewan bisa bergerak pada berbagai bidang, tidak melulu kontak langsung dengan hewan, diantaranya :

  1. Quality assurance pada perusahaan pangan yang berbahan dasar produk asal hewan. Produk apapun yang berbahan pangan asal hewan seperti susu uht, snack, wafer, bakso, sosis itu juga perlu ada dokter hewan.
  2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) di bidang karantina, kementerian, kesehatan masyarakat veteriner, pembibitan, reproduksi, kesehatan hewan.
  3. Perusahaan pakan hewan
  4. Perusahaan obat hewan
  5. Perusahaan Vaksin
  6. Laboratorium hewan coba
  7. Konsultan
  8. organisasi internasional
  9. kebun binatang
  10. praktisi hewan kecil
  11. praktisi hewan besar
  12. praktisi satwa liar
  13. Bekerja di rumah
  14. pengusaha
  15. peternak
  16. jurnalis
  17. penulis
  18. polisi
  19. Tentara, dan lainnya.

Serta banyak profesi lain yang bisa digeluti sesuai dengan keinginan dan kesempatan.

Kalau saya pribadi memilih bekerja dirumah dengan berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sembari berjualan online kadang-kadang, membuka petshop serta praktek mandiri di rumah.

Oh iya, untuk masalah gaji juga biasanya ditanyakan. Tentu ini sangat bergantung dengan bidang pekerjaan yang teman-teman akan jalani.

Penting diketahui, dokter hewan itu tujuannya untuk mensejahterakan manusia melalui kesehatan hewan. Nah kalau hewan sehat selaras dengan manusia, tentu nyaman kan? Aman kan?
Jadi,  berminat untuk jadi dokter hewan? Persiapkan dirimu dari sekarang ya, jangan lupa cari informasi sebanyak banyak nya seputar universitas dan fakultas yang akan kamu tuju. Semangat !!!

Hidup itu merupakan pilihan, paling penting adalah ikhlas, tetap berdoa, berjuang, dan berusaha sesuai pilihan masing-masing.

5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memakaikan Aksesoris Leher Atau Kalung pada Anjing dan Kucing

Mau pakaikan aksesoris leher atau kalung pada anjing dan kucing mu, 5 hal ini perlu diperhatikan dulu loh ! 
Bagi pemilik hewan peliharaan terutama anjing dan kucing, sering sekali tertarik dengan berbagai aksesoris untuk melengkapi penampilan anjing dan kucingnya. 
Tak jarang memang aksesoris anjing dan kucing yang ditawarkan bentuknya menggemaskan dan lucu, sehingga saat dipakai oleh anjing dan kucing harapannya mereka juga jadi super cute! 

Hal ini juga terjadi pada saya sebagai pemilik hewan. Anjing dan kucing yang pernah saya rawat pun menggunakan asesoris leher salah satunya kalung. 
Penggunaan aksesoris leher terutama kalung memang berguna sebagai alat identifikasi artinya kucing atau anjing tersebut berpemilik. Selain itu, bisa juga dipakai untuk menempelkan leash atau tali serta harness pada anjing, kucing juga bisa tapi biasanya tidak mau jalan kalau dipakaikan harness atau leash. 

Fungsi lainnya ada juga yang ditambahkan dengan zat antiparasit, sehingga kalung tersebut berfungsi untuk membunuh kutu, pinjal, caplak yang menempel pada anjing dan kucing. 
Beberapa orang menggunakan juga kalung, rantai sebagai alat restrain (pengendali). Sebenarnya ini tidak disarankan terutama jika dipakai dalam waktu lama dengan tali yang pendek, bisa menyebabkan pergerakan anjing terbatas jadi mudah stress. Pada kucing apalagi, banyak kasus kucing tercekik akibat ketidak tahuan pemilik untuk mengikat atau memberikan tali kekang pada kucingnya. 
Lalu apa saja yang perlu diperhatikan kalau ingin memberikan aksesoris leher atau kalung pada anjing dan kucing? 
Berikut 5 hal penting yang perlu diperhatikan jika ingin menggunakan asesoris leher atau kalung pada anjing dan kucing : 

1. Perhatikan bahan yang digunakan tidak menyebabkan iritasi 
Saat ini banyak sekali bahan yang bisa digunakan untuk aksesoris leher. Bahan plastik, kain, nylon, rantai besi, kulit, karet elastis, serta bahan lainnya. Biasanya bahan-bahan ini juga bervariasi sesuai harga, ada yang ditambah nama atau bisa juga ditambah lonceng. Perhatikan setiap memberikan kucing dan anjing kalung baru, reaksi terhadap kulit nya. Jika anjing dan kucing terlihat gatal serta disertai kemerahan setelah menggunakan kalung beberapa lama bisa jadi mereka mengalami iritasi. Sebaiknya tidak dilanjutkan penggunaannya. 
Kalau kalung yang digunakan terdapat senyawa antiparasit, karena sifatnya obat biasanya reaksi iritasinya cepat terlihat. 
Menjaga kebersihan kalung juga penting karena kalau terlalu lama dipakai hingga bau dan tidak pernah dicuci akan menyebabkan gatal juga. Terutama kalung dengan bahan nylon mudah menyerap air. 

contoh kalung kucing (sumber gambar : ebay.com) 
Kalung rantai anjing (sumber gambar : ebay.com)


2. Pastikan aksesoris sesuai dengan ukuran leher kucing dan anjing 



Ukuran leher anjing dan kucing perlu sekali diperhatikan, jangan sampai terlalu sesak, terlalu longgar. Kalau menggunakan kalung terlalu sesak khawatir kucing tercekik serta melukai kulit. Kasus yang sering terjadi karena terlalu lama menggunakan kalung, tidak diperhatikan ukurannya menyebabkan kalung menempel pada kulit, menyebabkan trauma kulit yang cukup dalam dengan luka yang lebar. Biasanya terjadi pada anjing dengan rantai. 
Kalau terlalu longgar, pada kucing terutama bisa mengeluarkan kalung sendiri, tak jarang menyangkut pada rahang bawah. Akhirnya bisa terjadi cedera juga. 
Jadi pastikan ukurannya sesuai, setelah dipasang, jarak antara leher dengan celah kalung sekitar 1-2 jari. Sesuaikan dengan ukurannya. 

Luka akibat kalung masuk ke kaki depan (sumber gambar terdapat pada gambar) 
Luka di leher anjing akibat rantai (sumber gambar : pumpkinstail.com)


3. Pastikan kucing dan anjing nyaman dan aman



Kenyamanan bisa dilihat dari ekspresi saat memakainya. Biasanya kucing dan anjing jadi sulit menunduk karena kalung yg terlalu tebal, makan jadi sulit. Nah kalau sudah seperti itu, lepas saja kalungnya untuk kenyamanan mereka. Kalau menggunakan lonceng, terutama kalung kucing biasanya membuat kucing bingung dengan bunyi lonceng yang mengganggu. Jadi baiknya juga dilepas saja. 

4. Jangan terlalu lama memakaikan kalung pada anjing dan kucing 



Sebaiknya tidak perlu memakaikan kalung seumur hidup kucing dan anjing. Selain khawatir akan kebersihannya kalau tidak rajin dicuci, kucing dan anjing juga semakin bertambah besar badannya jadi gunakan saja kalau diperlukan. Misalnya kalau ingin membawa anjing jalan dengan harness atau leash. Atau saat anjing dan kucing ingin dititipkan di pet hotel, supaya kucing mudah dikenali. Kalau kucing indoor yang memang tidak suka keluar rumah baiknya tidak perlu diberikan kalung. 

5. Cek kadaluarsa produk ketika menggunakan kalung antiparasit



Penggunaan kalung antiparasit pada anjing dan kucing sekarang mulai marak. Bisa didapatkan dengan harga bervariasi dengan tambahan zat aktif yang diteteskan pada kalung berupa zat antiparasit yabg efektif. 

Namun, perlu diperhatikan sebelum membeli dan memakaikan pada anjing dan kucing. Baca selalu label nya, ada yang memang khusus untuk anjing dan beracun untuk kucing. Ada yang bisa dipakai untuk anjing maupun kucing. Cek juga berapa lama masa perlindungannya. Biasanya 3 bulan, tapi ada juga yang melindungi hingga 6 bulan. Kalau sudah lewat masa efektifitasnya sebaiknya dilepas saja. Perhatikan juga kemungkinan keracunan dan iritasi akibat tidak sengaja menjilat kalung, biasanya sgt mungkin terjadi jika menjilat anjing dan kucing lain atau saat memakaikan pada mereka owner tidak lekas mencuci tangan. Akibatnya, bs saja masih ada zat aktif yang bisa menempel di rambut dan terjilat. 
Jadi, penggunaan aksesoris leher atau kalung pada anjing dan kucing diperbolehkan saja. Tapi perlu disesuaikan dengan kebutuhannya, kalau saya pribadi saat ini tidak memakaikan aksesoris apapun pada kucing saya karena memang tidak dibutuhkan. Jangan lupa perhatikan kenyamanan dan keamanan bagi kucing dan anjing ya. 

Drh. Puspasari Respatiningtyas 

Kenapa mulut anjing dan kucing bau? 

Kenapa mulut anjing dan kucing kita bau?

Bermain bersama anjing, kucing kesayangan kita tentu menyenangkan sekali, bahkan bisa membuat kita jadi lebih relaks. Tanpa sadar kita sudah melalui banyak waktu bersama dengan hewan kesayangan kita, tapi ternyata kebersamaan itu bisa sedikit terusik karena bau mulut.
Pernah mencium bau mulut anjing dan kucing? Tidak perlu terlalu dekat mencium mulutnya, biasanya kalau sedang jilat-jilat, menguap, bau itu akan mulai muncul.
Normalnya mulut anjing dan kucing memiliki liur dengan bau yang wajar, tidak busuk, tidak amis, dan tidak juga berbau pesing.
Kalau mulai tercium bau yang tidak normal bahkan cenderung busuk. Pemilik perlu memperhatikan kondisi mulut anjing dan kucingnya.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mulut anjing dan kucing bau :

1. Perhatikan banyak nya liur yang keluar

Bau mulut disertai dengan pengeluaran liur yang berlebih terutama jika penyebab bau mulutnya adanya infeksi, radang, dan luka pada mulut. Normalnya kucing dan anjing tidak akan mengeluarkan air liur berlebih. Pada anjing, pengeluaran air liur berlebih bisa terjadi saat kondisi lingkungan panas.

2. Perhatikan nafsu makannya

Anjing dan kucing yang mengalami gangguan pada rongga mulut, akan kesulitan makan terutama jika pakan yang diberikan pakan kering (dryfood) karena teksturnya keras. Biasanya pemilik akan melihat kucing dan anjingnya tidak nafsu makan dan menghindari makanan kering tersebut. Tapi, jika diberikan makanan basah yang teksturnya lebih lembut akan mudah untuk makan.

3. Perhatikan keluarnya darah dari mulut

Gangguan rongga mulut bisa disebabkan oleh adanya infeksi virus, bakteri, radang gusi, radang sekitar gigi, serta trauma benda tajam yang menyebabkan luka. Kondisi seperti ini menyebabkan mudahnya pembuluh darah pecah sehingga akan timbul pendarahan.

4. Mulut yang sulit menutup, bahkan tidak mau membuka mulut

Anjing dan kucing yang mengalami kesakitan atau bengkak daerah mulut akan cenderung menutup mulutnya. Namun jika sudah kesakitan dan ada bengkak yang besar bisa juga mulut terus terbuka dan sakit saat ditutup.

5. Perhatikan adanya penumpukan kotoran pada gigi

Bau mulut pada anjing dan kucing bisa juga diawali karena banyaknya plaque dan karang gigi pada gigi. Pada usia muda memang terlihat gigi akan baik-baik saja, biasanya hanya perubahan warna saja menjadi kuning. Namun seiring bertambahnya usia, tanpa diimbangi dengan jenis makanan yang sesuai dan tindakan pembersihan gigi, biasanya akan mulai menumpuk kotoran pada gigi. Makanan kering maupun makanan basah bisa menjadi salah satu faktor penyebab penumpukkan kotoran gigi. Karena anjing dan kucing saat ini sangat jarang memakan makanan alami seperti daging, ayam, serta berburu hewan untuk membuat kotoran ikut terangkat dengan gerakan mengoyak daging. Biasanya plaque ini akan terlihat sangat tebal bahkan menyebabkan gigi goyang karena adanya bakteri yang membuat integritas gigi dan gusi terganggu.

Karang gigi pada anjing (sumber : vcahospitals.com)

6. Perhatikan warna gusi

Normalnya gusi yang sehat akan berwarna pink, namun pada anjing dan kucing yang mengalami bau mulut kemungkinan akan terlihat adanya warna kemerahan pada gusi. Warna kemerahan ini menandakan adanya radang pada gusi, pada kasus yang ringan warna kemerahan terjadi pada sekitar gigi saja. Namun, kondisi radang yang parah bisa menyebabkan kemerahan pada seluruh gusi dan bagian dalam rongga mulut. Tentu cukup menyakitkan bagi anjing dan kucing.

Radang pada gusi kucing (Sumber : icatcare.org)

7. Perhatikan gejala lain yang mengikuti

Kondisi bau mulut yang disebabkan infeksi akan memperlihatkan gejala lain selain penurunan nafsu makan. Diantaranya yaitu kucing dan anjing cenderung diam, lemas, tidak aktif, bahkan mengalami demam.

Apa saja yang bisa menyebabkan bau mulut pada anjing dan kucing ?

1. Infeksi : infeksi bakteri, virus bisa menyebabkan bau mulut pada anjing dan kucing

2. Radang mulut : radang umumnya disertai oleh infeksi, karena pada kondisi radang sangat rentan terpapar agen penyakit. Radang mulut pada gigi bisa bersifat kronis salah satunya periodontitis (radang sekitar mulut) biasanya diawali oleh penumpukan plaque yang menyebabkan berkembangnya bakteri, lalu membuat kerusakan pada gusi, akhirnya daerah gusi berdarah dan mulai membuat gigi goyang karena integritas gigi dan gusi sudah rusak.

3. Trauma benda asing 

Trauma benda asing seperti adanya luka akibat tulang yang menyangkut d daerah mulut, kayu, maupun benda lain yang melukao gusi dan gigi. Benda ini kalau dibiarkan bisa menyebabkan radang dan infeksi pada gusi.

4. Gangguan ginjal 

Gangguan ginjal pada anjing dan kucing berlangsung tidak sebentar, perjalanan penyakitnya cukup lama sehingga disebut penyakit kronis. Anjing dan kucing yang mengalami gangguan organ ini akan menyebabkan pengeluaran amonia (urea) terganggu sehingga bisa masuk lagi ke pembuluh darah dan menyebabkan juga bau mulut pada anjing dan kucing. Amonia yang dibiarkan di dalam tubuh sangat berbahaya karena meracuni tubuh dan menyebabkan kematian.

Kalau anjing dan kucing bau mulut, bagaimana pencegahannya?

Sedari dini perlu rajin diperhatikan kebersihan giginya, jika kitten sudah mulai makan ada baiknya dibiasakaan untuk dibersihkan giginya. Cara yang paling sederhana dengan menggunakan handuk dan air hangat d gosokkan pada gigi. Selain itu, perlu juga diberikan makanan berupa daging, maupun ayam, untuk melatih gigi mengoyak makanan. Jadi akan terangkat kotoran giginya. Pada anjing, bisa juga diberikan tulang yang cukup besar supaya kotoran gigi terangkat saat mengigiti tulang.

Kalau sudah terlanjur memiliki karang gigi yang cukup tebal dan menyebabkan gangguan mulut, sebaiknya dilakukan scaling atau pembersihan karang gigi. Biayanya cukup tinggi diatas 500.000 rupiah, hal ini dikarenakan teknik yang cukup sulit serta dilakukan pada kondisi bius total. Jadi perlu juga diperhatikan kondisi kesehatannya sebelum dilakukan dental scaling.

Kondisi mulut anjing dan kucing perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemilik dan segera konsultasikan kondisi nya ke dokter hewan. Pembersihan gigi pun penting dilakukan sejak dini disertai dengan pemberian makanan yang bisa membantu membersihkan gigi. Kondisi mulut anjing kucing yang baik bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatannya.

5 Jenis Benjolan Bawah Kulit yang Perlu Diperhatikan pada Anjing dan Kucing

5 Jenis Benjolan Bawah Kulit yang Perlu Diperhatikan pada Anjing dan Kucing

Pernahkah merasakan adanya benjolan pada kulit anjing dan kucing kita? Kalau pernah, bagaimana bentuknya? Apa respon kucing dan anjing saat disentuh? Apakah kesakitan atau tidak? Apakah benjolan tersebut pecah dan bernanah?

Sering sekali saya mendapatkan pertanyaan dari pemilik hewan untuk mendapatkan saran pengobatan saat terlihat adanya benjolan pada anjing dan kucingnya. Padahal untuk melakukan pengobatan, penting sekali dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sehingga bisa mendapatkan penanganan yang sesuai.

Terutama jika berkaitan dengan keberadaan benjolan, perlu dilakukan pemeriksaan dengan melihat, meraba, bahkan jika diperlukan pengambilan sampl dari benjolan tersebut.

Mengapa demikian? Bukankan benjolan cukup dengan dikompres dengan air hangat atau dingin lalu diberikan obat saja?

Ternyata tidak, benjolan tidak bisa ditangani dengan dikompres lalu diberikan obat saja. Tergantung dari jenis benjolan yang terjadi pada anjing dan kucing kita.

Lalu ada berapa jenis benjolan yang bisa kita dapati pada anjing dan kucing?

Terdapat 5 jenis benjolan bawah kulit yang perlu diperhatikan pada anjing dan kucing

1. Benjolan disertai radang

Benjolan ini terjadi pada anjing dan kucing umumnya diawali dengan trauma atau adanya luka. Biasanya muncul setelah anjibg dan kucing berkelahi, terkena gigitan,  dipukul, mendapat suntikan dengan jarum yang tidak steril, tertusuk benda tajam dan dalam. Benjolan yang disertai radang ini merupakan respon tubuh untuk melokalisir infeksi, supaya infeksi tidak menyebar dengan merespon pada bagian yang luka saja. Biasanya luka akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah karena pukulan, gigitan, maupun tusukkan. Darah akan menyebabkan bakteri berkembang  yang akan menimbulkan respon tubuh dengan mengirimkan mediator peradangan, sel sel pertahanan untuk melawan bakteri dan benda asing. Proses ini yang menyebabkan timbulnya peradangan, jika disertai adanya bakteri biasanya akan menimbulkan nanah. Maka benjolan tersebut pun menjadi benjolan bernanah yang dikenal dengan abses. Abses, biasanya disertai dengan demam dan penurunan nafsu makan karena kesakitan.

Benjolan disertai radang juga bisa terjadi pada kelenjar pertahanan (limfoglandula) yang terdapat di beberapa bagian tubuh anjing dan kucing. biasanya jika ada infeksi disekitar kelenjar getah bening (linfoglandula) maka kelenjar akan bengkak dan terlihat seperti benjolan.

Info lengkap abses bisa dicek di artikel ini : Abses pada anjing dan kucing 

 2. Benjolan tumor jinak

Tumor merupakan massa berupa benjolan atau bengkak akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel.  Tumor bisa juga terjadi pada anjing dan kucing, biasanya lebih sering terjadi pada anjing dan kucing usia lanjut. Pada anjing benjolan yang sering ditemukan yaitu lipoma atau tumor jaringan lemak. Sifatnya tidak ganas dan tidak sakit saat disentuh. Biasanya bisa tumbuh cukup banyak, namun untuk memastikan sifatnya perlu dilakukan biopsi, dikhawatirkan bersifat ganas atau kanker yang bs menyebar ke organ lainnya.

Lipoma (tumor jaringan lemak) pada anjing (sumber : dogtime.com)

 

3. Benjolan akibat hernia

Benjolan akibat hernia yang umun terjadi pada hernia yang terlihat seperti hernia umbilicalis, hernia scrotalis, hernia inguinalis. Benjolan ini diakibatkan adanya organ yang masuk melalui cincin hernia sehingga pada kulit terlihat adanya benjolan. Benjolan karena hernia bisa terjadi pada kucing dan anjing usia dini, biasanya hernia umbilikalis, tapi bisa juga terjadi pada anjing dan kucing usia dewasa akibat kecelakaan ataupun secara genetik seperti hernia scrotalis dan hernia inguinalis.

Benjolan karena hernia bisa tidak menimbulkan rasa nyeri, mudah dimasukkan, namun akan bertambah besar karena organ yg masuk ke cincin hernia semakin banyak kalau dibiarkan.

Baca juga : anjing dan kucing bisa terkena turun berok, kenali gejalanya ! 

Benjolan akibat hernia pada anak anjing (Sumber : wagwalking.com)

4. Benjolan akibat kanker

Kanker sifatnya lebih ganas daripada tumor, kanker akan memperlihatkan benjolan yang tidak beraturan. Sifat kanker lebih massive dan tidak berkapsul, jadi biasanya benjolannya lebih tidak beraturan dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga sangat mudah menyebar dan mengalami pendarahan. Untuk memastikan jenis dan sifatnya perlu dilakukan biopsi.

5. Benjolan berisi darah

Benjolan berisi darah yang dimaksudkan adalah hematoma atau penumpukkan gumpalan darah d bawah kulit. Hematoma bisa terjadi di bagian kulit mana saja, namun lebih sering terjadi pada daun telinga.  Penyebabnya karena telinga yang gatal, sehingga menggaruk daun telinga yang menyebabkan pembuluh darah di daun telinga pecah dan telihat adanya benjolan.

Benjolan berisi darah di daun telinga kucing (sumber : marvistavet.com)

Apa yang perlu diperhatikan jika anjing dan kucing terdapat benjolan?

1. Perhatikan respon saat benjolan disentuh, jika memilih menghindar dan menjadi agresif berarti kucing dan anjing merasa tidak nyaman dan sakit akibat adanya benjolan

2. Besar benjolan, semakin membesar, mengecil, atau tidak mengalami perubahan bentuk.

3. Bentuk benjolan, beraturan atau tidak

4. Benjolan disertai darah atau nanah 

5. Perhatikan juga adanya demam serta penurunan nafsu makan dan aktifitas pada anjing dan kucing.

Penanganan yang dilakukan jika anjing dan kucing terdapat benjolan yaitu melihat benjolan secara detail, kemudian konsultasikan ke dokter hewan mengenai benjolan. Sebaiknya tidak berinisiatif melakukan penusukan atau pencongkelan terhadap benjolan. Dikhawatirkan akan menyebabkan radang dan infeksi lebih parah. Dokter akan memeriksakan benjolan dan memberikan tindakan yang sesuai. Melakukan usg dan rontgen (x ray) juga bisa dilakukan untuk memastikan benjolan dan melihat pengaruhnya dengan organ lain misalnya benjolan pada kelenjar susu, benjolan pada otot dan tulang.  Jika benjolan mengarah ke tumor dan kanker akan dilakukan pengambilan jaringan (biopsi) untuk menentukan jenis jaringan tersebut.

Jika benjolan pecah dan berisi nanah, sebaiknya luka dibersihkan dan tetap konsultasikan dengan dokter hewan untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.

 

Benjolan memang bervariasi bentuk dan penyebab nya, sehingga untuk mengetahui secara langsung perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan. Pemeriksaan dan diagnosa yang tepat akan menentukan penanganan dan perawatan yang sesuai.